Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Subjektivitas Selera, Tak Selalu "Film Festival" Memikat Hati

10 November 2024   19:12 Diperbarui: 10 November 2024   19:36 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senada dengan itu, Cameron Bailey, Direktur Toronto Film Festival, menitikberatkan pada "keberagaman" dan "inklusivitas". Baginya, film festival harus merepresentasikan berbagai suara dan perspektif dari seluruh dunia dan relevan dengan isu kontemporer.

Martin Scorsese, sutradara "Killer of The Flower Moon" yang menjadi nominator Oscar 2023, berpendapat bahwa film festival harus merefleksikan suara dan gaya personal sutradara tanpa terlalu dipengaruhi kepentingan komersial. Ia menghargai film yang "memiliki jiwa" dan "berbicara tentang kondisi manusia".

Meskipun kriteria penilaian bervariasi, film yang layak masuk dan memenangkan festival adalah film yang unik, bervisi kuat, dan memberikan pengalaman sinematik yang berbeda. Film-film tersebut harus menginspirasi, memprovokasi, dan meninggalkan kesan mendalam.

Namun, film kategori festival tak selalu menjadi pilihan tontonan karena selera itu subjektif.

Saya, pencinta film drama, crime, spy, dan romantic comedy (romcom), lebih suka merekomendasikan film drama persidangan adaptasi novel John Grisham seperti The Firm, The Client, The Rainmaker, atau Runaway Jury; drama berlatar belakang ekonomi seperti Wall Street, Too Big To Fail, Money Balls, The Wolf of Wallstreet; film crime seperti Inside Man karya Spike Lee; atau romkom menghangatkan jiwa karya Garry Marshal (Pretty Woman), Nora Efron, atau Nancy Meyers

Tentu saja, selera film kita bisa berbeda, karena kesukaan terhadap genre film sangat subjektif.

Pada akhirnya, dunia perfilman menjadi semacm lautan luas dengan beragam arus dan keindahan yang tak terbatas. 

Setiap film, layaknya sebuah kapal, mengarungi samudra dengan tujuan dan gayanya masing-masing. Ada yang berlayar menuju pulau hiburan, ada yang menyelami palung emosi, dan ada pula yang menjelajahi samudra pemikiran. 

"Bagus" atau "tidak bagus" hanyalah mercusuar yang dibangun oleh persepsi dan selera masing-masing penonton.

Maka, nikmati saja lah perjalanan sinematik secara alamiah sesuai preferensi kita, jelajahi berbagai genre, dan temukan keindahan di setiap film yang kita tonton, karena pada hakikatnya, apresiasi terhadap sebuah karya seni adalah sebuah petualangan pribadi yang unik dan berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun