Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Subjektivitas Selera, Tak Selalu "Film Festival" Memikat Hati

10 November 2024   19:12 Diperbarui: 10 November 2024   19:36 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival-Cannes.com

"Short-List Film Festival, Rekomendasimu" adalah tajuk salah satu Topik Pilihan Terbaru di Kompasiana. Mungkin yang dimaksud "Film Festival" di sini adalah film-film berkualitas luar biasa bagus sehingga layak diperlombakan, bukan tentang ajang "Film Festival" itu sendiri.

Sebenarnya, karena film merupakan bagian dari seni, ukuran bagus atau tidaknya itu relatif dan tergantung selera penonton. Saya, misalnya, tidak menyukai film horor. 

Sekeren apa pun film horor, bagi saya tetap tidak bagus, dan saya lebih memilih genre lain seperti drama, action, atau musikal. 

Artinya, hampir tidak ada definisi baku tentang film yang "layak" masuk festival karena penilaiannya subjektif dan beragam.

Setiap festival film, yang jumlahnya cukup banyak, memiliki pendekatan berbeda dalam memilih film terbaik. Contohnya dua festival film terbesar di dunia: Academy Award (Oscar) di Amerika Serikat dan Cannes Film Festival (Palme d'Or) di Perancis.

Thierry Frémaux, Direktur Cannes Film Festival, menyatakan bahwa film yang layak masuk Cannes adalah film original dengan visi artistik yang kuat, menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda dalam hal cerita, visual, maupun tema. 

Cannes menghargai film "berani" dan "menantang" yang memicu dialog, sehingga disebut surganya para auteur dengan gaya artistik dan visi kuat. 

Tak heran film kontroversial seperti "The Substance" karya Coralie Fargeat bisa menjadi nominator Cannes Film Festival 2024.

Berbeda dengan Oscar yang mengutamakan film berdaya tarik komersial dan diakui industri perfilman Hollywood. 

Popularitas, promosi, dan preferensi anggota Academy yang mayoritas berasal dari Amerika mempengaruhi pemilihan pemenang. Hal ini membuat seleksi film Oscar lebih terbatas dan terfokus pada selera dan tren Hollywood.

Festival film yang lebih kecil dan spesifik, seperti Festival Film Tokyo (TIFF), punya kriteria berbeda. Aktris Zhang Zhiyi, salah satu juri TIFF 2024, menyatakan bahwa film terbaik adalah film yang ceritanya menyentuh hati dan menghubungkan manusia, menunjukkan fokus TIFF pada inklusivitas dan kemanusiaan.

Senada dengan itu, Cameron Bailey, Direktur Toronto Film Festival, menitikberatkan pada "keberagaman" dan "inklusivitas". Baginya, film festival harus merepresentasikan berbagai suara dan perspektif dari seluruh dunia dan relevan dengan isu kontemporer.

Martin Scorsese, sutradara "Killer of The Flower Moon" yang menjadi nominator Oscar 2023, berpendapat bahwa film festival harus merefleksikan suara dan gaya personal sutradara tanpa terlalu dipengaruhi kepentingan komersial. Ia menghargai film yang "memiliki jiwa" dan "berbicara tentang kondisi manusia".

Meskipun kriteria penilaian bervariasi, film yang layak masuk dan memenangkan festival adalah film yang unik, bervisi kuat, dan memberikan pengalaman sinematik yang berbeda. Film-film tersebut harus menginspirasi, memprovokasi, dan meninggalkan kesan mendalam.

Namun, film kategori festival tak selalu menjadi pilihan tontonan karena selera itu subjektif.

Saya, pencinta film drama, crime, spy, dan romantic comedy (romcom), lebih suka merekomendasikan film drama persidangan adaptasi novel John Grisham seperti The Firm, The Client, The Rainmaker, atau Runaway Jury; drama berlatar belakang ekonomi seperti Wall Street, Too Big To Fail, Money Balls, The Wolf of Wallstreet; film crime seperti Inside Man karya Spike Lee; atau romkom menghangatkan jiwa karya Garry Marshal (Pretty Woman), Nora Efron, atau Nancy Meyers

Tentu saja, selera film kita bisa berbeda, karena kesukaan terhadap genre film sangat subjektif.

Pada akhirnya, dunia perfilman menjadi semacm lautan luas dengan beragam arus dan keindahan yang tak terbatas. 

Setiap film, layaknya sebuah kapal, mengarungi samudra dengan tujuan dan gayanya masing-masing. Ada yang berlayar menuju pulau hiburan, ada yang menyelami palung emosi, dan ada pula yang menjelajahi samudra pemikiran. 

"Bagus" atau "tidak bagus" hanyalah mercusuar yang dibangun oleh persepsi dan selera masing-masing penonton.

Maka, nikmati saja lah perjalanan sinematik secara alamiah sesuai preferensi kita, jelajahi berbagai genre, dan temukan keindahan di setiap film yang kita tonton, karena pada hakikatnya, apresiasi terhadap sebuah karya seni adalah sebuah petualangan pribadi yang unik dan berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun