Dalam tulisan sebelumnya yang bertajuk "Membaca Laporan Keuangan, Peta Jalan menuju Investasi Cerdas" saya mencoba memberi sedikit informasi, tentang pentingnya membaca Laporan Keuangan sebuah perusahaan sebelum berinvestasi di instrumen keuangan seperti saham, obligasi,atau surat berharga lainnya.
Bagi sebagian orang yang secara akademik bersinggungan dengan dunia keuangan seperti akuntansi atau manajemen, mungkin tak akan terlalu sulit untuk membaca dan memahami laporan keuangan.
Namun, bagi investor pemula yang awam sama sekali, melihat bentuk laporan keuangan yang penuh angka-angka seperti itu saja sudah cukup mumet, apalagi membaca dan memahaminya.
Berdasarkan apa yang saya pelajari secara akademis atau pun yang saya alami dan kerjakan. Sekilas, membaca laporan keuangan memang tampak rumit, tapi sebenarnya jika kita sederhanakan bisa seperti membaca cerita tentang kesehatan sebuah perusahaan.Â
Membaca Laporan Keuangan
Bayangkan saja, laporan keuangan sebagai novel dengan beberapa bab utama. Pertama, ada Laporan Laba Rugi, yang menceritakan bagaimana perusahaan menghasilkan uang dan berapa keuntungan yang didapat.Â
Di sini kita bisa melihat penjualan, biaya produksi, dan akhirnya laba bersih yang dihasilkan. Seperti membaca plot cerita, kita bisa melihat apakah perusahaan sedang naik daun atau justru menurun kinerjanya.
Lalu, ada Neraca, yang menunjukkan potret kondisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Di sini kita bisa melihat aset atau harta perusahaan, seperti uang tunai, gedung, atau hal lain yang berbentuk material yang bisa digunakan dalam proses produksi.
Kita juga bisa melihat kewajiban atau utang perusahaan, seperti pinjaman bank dan utang kepada pemasok. Selisih antara aset dan kewajiban adalah modal atau ekuitas, yang menunjukkan nilai kepemilikan di perusahaan.Â
Neraca ini seperti melihat karakter dalam cerita, kita bisa menilai seberapa kaya dan seberapa besar utang perusahaan.
Selanjutnya, ada Laporan Arus Kas, atau dalam bahasa kerennya disebut cash flow, yang menceritakan aliran uang masuk dan keluar perusahaan.Â
Di sini kita bisa melihat dari mana uang berasal, misalnya dari penjualan atau pinjaman, dan ke mana uang digunakan, misalnya untuk membayar gaji karyawan atau membeli alat produksi baru.Â
Laporan arus kas ini seperti alur cerita, kita bisa melihat bagaimana perusahaan mengelola uangnya dan apakah arus kasnya sehat.
Memahami Rasio Dalam Laporan Keuangan
Namun, membaca laporan keuangan saja tidak cukup. Kita perlu menganalisisnya dengan rasio keuangan. Rasio-rasio ini seperti alat bantu untuk memahami cerita lebih dalam, tentang laporan keuangan tersebut.Â
Mengutip Investopedia, sekurang-kurangnya ada empat rasio yang bisa digunakan untuk menganalisa kesehatan perusahaan yakni, Rasio Profitabilitas, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Aktivitas.
Rasio Profitabilitas
Ada Rasio Profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan, seperti margin laba bersih yang menunjukkan seberapa besar keuntungan dari setiap rupiah penjualan.Â
Rasio profitabilitas itu seperti termometer yang mengukur seberapa sehat sebuah perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Angka-angka ini memberi tahu kita seberapa efisien perusahaan dalam mengelola sumber daya dan menghasilkan laba dari operasinya.Â
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang bisa kita gunakan. Pertama, margin atau selisih laba kotor atau Gross Profit Margin (GPM), yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang didapat dari penjualan setelah dikurangi biaya produksi.Â
Semakin tinggi marginnya, semakin baik perusahaan dalam mengendalikan biaya dan menghasilkan laba dari setiap penjualan.
Kedua, margin laba operasi atau Operating Profit Margin (OPM), yang mengukur keuntungan dari kegiatan operasional utama setelah dikurangi biaya-biaya seperti gaji karyawan dan biaya pemasaran.Â
Margin ini mencerminkan efisiensi perusahaan dalam menjalankan bisnis intinya.Â
Selanjutnya, ada margin laba bersih atau Net Profit Margin (NPM), yang menunjukkan keuntungan akhir setelah semua biaya, termasuk pajak, dikurangi dari pendapatan.Â
Rasio ini memberi gambaran keseluruhan tentang profitabilitas perusahaan.
Selain itu untuk investasi biasanya kita melihat rasio ini, return on assets (ROA), yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan keuntungan.Â
ROA yang tinggi berarti perusahaan mampu menghasilkan banyak laba dengan aset yang dimilikinya.
Lantas ada pula, rasio return on equity (ROE), yang menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan bagi pemegang saham. ROE yang tinggi menandakan perusahaan mampu memberikan imbal hasil yang baik atas investasi pemegang saham.
Dengan memahami rasio profitabilitas kita akan terbantu dalam menilai kinerja perusahaan, membandingkannya dengan perusahaan lain, dan melihat tren profitabilitas dari waktu ke waktu.Â
Dengan memahami rasio profitabilitas, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih tepat
Rasio LikuiditasÂ
Rasio likuiditas itu seperti indikator yang menunjukkan seberapa mudah sebuah perusahaan bisa membayar tagihan-tagihannya yang segera jatuh tempo.Â
Rasio ini penting karena memberi tahu kita apakah perusahaan punya cukup dana untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa harus menjual aset atau meminjam uang.
Ada tiga rasio likuiditas yang bisa kita gunakan untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan.Â
Pertama, adalah rasio lancar (current ratio), yang membandingkan semua aset lancar perusahaan, seperti kas, piutang, dan persediaan, dengan utang lancarnya.Â
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya.
Kemudian ada rasio cepat (quick ratio), yang mirip dengan rasio lancar, tetapi tidak memasukkan persediaan dalam perhitungannya. Ini karena persediaan terkadang butuh waktu untuk dijual dan diubah menjadi uang tunai.Â
Rasio cepat memberikan gambaran yang lebih konservatif tentang kemampuan perusahaan membayar utang dengan cepat.
Selain itu, ada juga rasio kas (cash ratio), yang hanya memperhitungkan kas dan setara kas dalam perhitungannya.Â
Rasio ini memberikan gambaran yang paling ketat tentang likuiditas perusahaan, karena hanya fokus pada uang tunai yang benar-benar tersedia untuk membayar utang.
Bagi investor, rasio likuiditas bisa digunakan untuk menilai kesehatan keuangan jangka pendek perusahaan tempat mereka mempertimbangkan untuk berinvestasi.Â
Dengan mengevaluasi posisi likuiditas perusahaan, investor dapat melihat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan langsung.Â
Hal ini penting untuk mengurangi risiko gagal bayar dan memastikan keamanan berinvestasi hanya pada perusahaan yang sehat.
Rasio Solvabilitas
Selain itu, ada rasio solvabilitas, yang bisa kita analogikan seperti fondasi rumah, menunjukkan seberapa kuat struktur modal perusahaan dan kemampuannya dalam membayar semua utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.Â
Ibaratnya, rasio ini memberi tahu kita apakah perusahaan mampu bertahan dalam jangka panjang dan terhindar dari risiko kebangkrutan.
Ada beberapa rasio solvabilitas yang bisa kita gunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya.Â
Salah satunya adalah rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio), yang membandingkan total utang perusahaan dengan total asetnya.Â
Rasio ini menunjukkan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin rendah rasio ini, semakin kecil risiko keuangan perusahaan.
Intinya, rasio-rasio Solvabilitas ini penting karena memberi gambaran tentang struktur modal perusahaan dan kemampuannya dalam melunasi utang.Â
Dengan menganalisis rasio solvabilitas, kita bisa menilai risiko keuangan perusahaan dan kemampuannya dalam bertahan dalam jangka panjang.Â
Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang sehat cenderung lebih stabil dan mampu menghadapi tantangan ekonomi.
Rasio Aktivitas
Dan jangan lupa rasio aktivitas,rasio ini seperti pace dalam berlari menuju 1 kilometer pertama, yang menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan penjualan.Â
Ilustrasikan, aset sebagai mesin perusahaan, dan rasio aktivitas ini menunjukkan seberapa produktif mesin tersebut dalam menghasilkan pendapatan.
Dengan menganalisis rasio aktivitas, kita bisa melihat seberapa baik perusahaan dalam mengelola asetnya, seperti persediaan, piutang, dan aset tetap, untuk menghasilkan penjualan.Â
Perusahaan dengan rasio aktivitas yang tinggi cenderung lebih efisien dan produktif, yang dapat meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan.
Dengan membaca laporan keuangan dan menganalisis rasio-rasio ini, kita bisa mendapatkan informasi yang matang untuk berinvestasi. Kita bisa menilai kinerja perusahaan, kesehatan keuangannya, dan prospeknya di masa depan.Â
Seperti halnya membaca novel, semakin kita memahami cerita di balik angka-angka, semakin baik keputusan investasi yang bisa kita buat.Â
Namun, ingatlah bahwa laporan keuangan hanyalah salah satu aspek dalam analisis investasi. Penting juga untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti kondisi industri, persaingan, dan manajemen perusahaan.
Biasanya informasi-informasi terkait hal tersebut akan disampaikan perusahaan dalam annual report atau Laporan Tahunan, dan khusus untuk perusahaan yang sudah go publik data-data tentang laporan keuangan dan laporan tahunan bisa didapatkan dengan mudah dan gratis lewat situs Bursa Efek Indonesia, IDX.co.id.
So, pastikan sebelum berinvestasi di instrumen keuangan seperti saham, obligasi atau surat berharga lainnya, baca dulu laporan keuangan perusahaannya, agar harapan cuan tak menguap menjadi angan-angan belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H