Salah satu nasihat investasi yang sering kita dengar dari para investor sukses adalah, "Sebelum berinvestasi, pelajari laporan keuangan perusahaan secara seksama."Â
Nasihat ini sangat beralasan. Lo Kheng Hong, yang sering disebut "Warren Buffet-nya Indonesia", juga menekankan pentingnya membaca laporan keuangan untuk memahami kondisi sebenarnya sebuah perusahaan.
Laporan keuangan ibarat jendela yang menghadap langsung ke jantung bisnis. Melalui jendela ini, kita dapat melihat secara jelas kondisi keuangan perusahaan, mulai dari profitabilitas, pertumbuhan, hingga struktur utangnya.Â
Lo Kheng Hong sendiri memiliki strategi sederhana: investasikan uang pada perusahaan yang memiliki laba besar dan terus bertumbuh.
Dengan demikian, jika kita ingin berinvestasi saham sebuah perusahaan pelototi dulu laporan keuangannya.
Apa Itu Laporan Keuangan
Laporan keuangan jika kita analogikan seperti sebuah jendela besar yang menghadap ke dalam sebuah perusahaan. Melalui jendela ini, kita bisa mengintip dan melihat segala aktivitas keuangan yang terjadi di dalam perusahaan tersebut.
Laporan keuangan adalah kumpulan informasi yang disusun secara sistematis, yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Umumnya diterbitkan setiap 3 bulan sekali, dan tahunan yang disajikan setelah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
Dalam laporan keuangan ini secara sederhana, biasanya, ada aktiva yang terdiri dari aset lancar dan tidak lancar. Passiva, yang berisi ekuitas dan liabilittas atau utang. Sedangkan total aset adalah liabilitas ditambah ekuitas.
Informasi ini sangat penting, karena menjadi dasar bagi berbagai pihak untuk mengambil keputusan, baik itu pemilik perusahaan, investor, kreditur, atau bahkan pemerintah.
Mengapa Laporan Keuangan Penting?
Laporan keuangan itu, seperti peta bagi mereka yang ingin memahami kondisi suatu perusahaan. Investor, misalnya, akan menggunakan peta ini untuk memutuskan apakah mereka ingin berinvestasi di perusahaan tersebut.Â
Mereka akan melihat apakah perusahaan ini menguntungkan, apakah mampu membayar utang, dan apakah memiliki potensi untuk tumbuh di masa depan.
Selain investor, kreditor seperti bank juga sangat bergantung pada laporan keuangan. Sebelum memberikan pinjaman, bank akan memeriksa laporan keuangan untuk memastikan bahwa perusahaan yang mereka pinjami uang mampu membayar kembali utangnya.
Bahkan manajemen perusahaan sendiri juga menggunakan laporan keuangan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja mereka. Dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan, manajemen dapat mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan membuat keputusan bisnis yang lebih baik.
Membaca Laporan Keuangan: Memahami Cerita di Balik Angka
Laporan keuangan terdiri dari beberapa bagian utama, salah satunya adalah neraca. Neraca seperti foto snapshot dari kondisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu.Â
Di sini, kita bisa melihat apa saja yang dimiliki perusahaan (aset), apa yang harus dibayar perusahaan (utang), dan berapa besar modal yang dimiliki oleh pemilik perusahaan.
Selain neraca, ada juga laporan laba rugi yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu, misalnya satu tahun. Laporan ini akan menunjukkan berapa banyak pendapatan yang diperoleh perusahaan dan berapa banyak biaya yang dikeluarkan. Selisih antara keduanya disebut laba bersih.
Laporan arus kas adalah bagian lain yang penting. Laporan ini menjelaskan bagaimana uang masuk dan keluar dari perusahaan. Dengan kata lain, laporan arus kas menunjukkan bagaimana perusahaan membiayai aktivitas operasionalnya, investasi, dan pendanaan.
Standar Akuntansi: Aturan Main dalam Laporan Keuangan
Dalam menyusun laporan keuangan, tentu saja tak bisa sembarangan saenake dewek, harus mengacu pada standar akuntansi seperti yang telah disepakati bersama.
Tanpa standar akuntansi, laporan keuangan dari setiap perusahaan akan seperti peta yang dibuat oleh orang yang berbeda-beda. Setiap peta akan memiliki skala, simbol, dan keterangan yang berbeda, sehingga sulit untuk dibandingkan.Â
Akibatnya, investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan akan kesulitan dalam membuat keputusan.Â
Standar akuntansi memberikan kerangka kerja yang sama bagi semua perusahaan, sehingga laporan keuangan menjadi lebih transparan dan dapat diperbandingkan.Â
Dengan begitu, investor bisa dengan mudah membandingkan kinerja keuangan perusahaan A dengan perusahaan B, atau kinerja perusahaan tahun ini dengan tahun lalu.Â
Di Indonesia, standar akuntansi yang berlaku adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK ini banyak mengadopsi standar akuntansi internasional yang disebut International Financial Reporting Standards (IFRS). Dengan menggunakan standar yang sama, perusahaan Indonesia bisa lebih mudah bersaing di pasar global.
"Window Dressing": Ancaman Terselubung dalam Laporan KeuanganÂ
Penyusunan laporan keuangan  sesuai standar akuntansi dengan data keuangan yang valid merupakan kondisi ideal, sehingga semua pihak yang akan menggunakan laporan keuangan sebagai acuan untuk mengambil sebuah keputusan bisnis menjadi sangat terbantu.
Namun tak sedikit juga perusahaan yang merekayasa laporan keuangannya,untuk menarik lebih banyak investor. Dengan memoles angka-angka, perusahaan bisa terlihat lebih menguntungkan dan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.Â
Atau, perusahaan mungkin sedang kesulitan keuangan dan perlu mendapatkan pinjaman. Untuk meyakinkan bank, mereka bisa saja "membumbui" laporan keuangannya agar terlihat lebih sehat.Â
Selain itu, perusahaan juga bisa saja menyembunyikan masalah yang mereka hadapi, seperti kerugian besar atau pelanggaran hukum. Tujuannya tentu saja untuk menghindari sanksi dari pemerintah atau regulator.Â
Dalam istilah di pasar keuangan hal ini biasanya disebut "window dressing" laporan keuangannya didandani agar terlihat cantik, mulus nan semlohai, padahal penampakan aslinya berbanding terbalik.
Praktik 'window dressing'Â ini sangat merugikan bagi berbagai pihak. Investor yang tertipu oleh laporan keuangan yang telah dimanipulasi bisa mengalami kerugian finansial yang besar.Â
Kreditor juga berisiko gagal mendapatkan kembali pinjamannya jika perusahaan ternyata tidak sehat seperti yang ditunjukkan dalam laporan keuangan. Selain itu, 'window dressing' juga merusak kepercayaan publik terhadap pasar modal dan dapat memicu krisis keuangan.
Untuk menghindari menjadi korban 'window dressing', investor perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang laporan keuangan dan melakukan analisis yang cermat.Â
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah konsistensi laporan keuangan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan perusahaan sejenis, serta opini audit dari akuntan publik yang independen.Â
Selain itu, investor juga perlu memperhatikan berita dan informasi lain yang relevan tentang perusahaan, seperti laporan media dan laporan hasil penelitian analis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H