Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Di Tengah Dinamika Perekonomian Indonesia saat Ini, Sritex "Too Big To Fail"

26 Oktober 2024   12:52 Diperbarui: 27 Oktober 2024   23:20 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia keuangan, ada istilah "too big to fail" yang menggambarkan kondisi di mana kejatuhan suatu entitas ekonomi yang sangat besar dapat memicu krisis sistemik. 

Istilah ini lazimnya digunakan untuk institusi keuangan raksasa seperti Lehman Brothers yang kebangkrutannya memicu krisis finansial global pada tahun 2008. Namun, istilah tersebut tampaknya juga relevan untuk menggambarkan kejatuhan Sritex, salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia.

Sritex Terjerembab ke Jurang Kepailitan

PT. Sri Rejeki Isman Tbk, atau lebih dikenal dengan Sritex, yang pernah menjadi kebanggaan industri tekstil nasional, kini terpuruk dalam jurang kepailitan. Hal ini tertuang dalam Putusan Pengadilan Negeri Semarang atas perkara Nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg.

Dalam putusan itu, Sritex dan tiga anak perusahaannya---PT. Sinar Pantja Djaja, PT. Bitratex Industries, PT. Primayudha Mandirijaya---terbukti telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayarannya kepada PT. Indo Bharat Rayon, selaku pemohon berdasarkan Putusan Homologasi 25 Januari 2022.

Kondisi Keuangan Sritex

Laporan keuangan Sritex per 2023 menunjukkan bahwa utang usaha atau liabilitasnya mencapai 1,6 miliar dolar AS atau setara Rp24,8 triliun (kurs Rp15.500 per 1 dolar AS), yang didominasi oleh utang jangka panjang, mencapai 1,49 miliar dolar AS, terdiri dari 858,04 juta dolar AS utang bank, obligasi 371,86 juta dolar AS, dan utang usaha jangka panjang sebesar 92,51 juta dolar AS.

Sementara itu, utang jangka pendeknya mencapai 113 juta dolar AS dengan perincian utang jangka pendek 11 juta dolar AS, utang usaha jangka pendek 31,86 juta dolar AS, dan surat utang jangka menengah 5 juta dolar AS. 

Kerugian perusahaan per kuartal I 2024 mencapai 14,9 juta dolar AS atau sekitar Rp230,95 miliar, naik tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 9,25 juta dolar AS atau Rp138,75 miliar.

Dalam laporan keuangan tersebut, juga disampaikan bahwa hingga Maret 2024, jumlah karyawan tetapnya sebanyak 11.249 orang, menurun dibandingkan masa yang sama tahun 2023, yang jumlahnya mencapai 14.138 karyawan.

Parahnya lagi, kondisi modalnya pun deep minus, defisitnya mencapai 1,17 miliar dolar AS atau Rp18,13 triliun. 

Kondisi keuangan inilah yang kemudian dianggap mengindikasikan ketidakpastian material bahwa perusahaan tidak lagi memiliki kemampuan untuk meneruskan usahanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun