Dalam berbagai kesempatan, Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen atau setidak-tidaknya 7 persen "Kalau enggak sampai 8 persen ya 7,5 persen. Kalau enggak sampai 7,5 ya 7 (persen)," ujarnya, seperti dilansir Kompas.com.
Jika ingin lepas dari jebakan pendapatan menengah, ya memang pertumbuhan ekonomi sebesar itu yang harus dicapai, mengingat singkatnya bonus demografi yang Indonesia miliki, sebelum menua seperti Jepang atau Korea Selatan.Â
Struktur demografi kedua negara tersebut memang menua, tapi mereka sudah terlanjur kaya, jadi kondisi ekonomi mereka cenderung reselien
Dengan pertumbuhan ekonomi seperti saat ini yang berada di kisaran 5 persen, risikonya besar bagi Indonesia untuk tua sebelum kaya, yang artinya terjebak dalam ruang gelap bernama "middle income trap", dan mimpi Indonesia emas 2045 terancam hanya tinggal mimpi saja.
Pertanyaannya kemudian, mungkinkah pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melonjak menjadi 8 persen atau setidaknya 7 persen, di tengah situasi ekonomi global dan domestik sedang "meriang"?
Investasi dan ICOR
Dalam sebuah acara yang diselenggarakan Katadata.co.id, bertajuk "Indonesia Future Policy Dialogue" yang saya hadiri awal Oktober 2024 lalu, Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen seperti target Presiden Prabowo, sangat mungkin tercapai, alias masih sangat realistis, tapi untuk mencapainya butuh waktu dan usaha ekstra.
Ekonom senior dari Universitas Indonesia yang juga Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Chatib Basri dalam sebuah tulisannya di EastAsiaForum.Org, lebih memilih angka 6 hingga 7 persen sebagai target pertumbuhan yang realistis.
Toh pertumbuham ekonomi sebesar itu pun jika bisa dicapai secara konsisten dan berkualitas potensial membawa Indonesia menjadi negara maju.
Menurutnya, akselerasi pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 6-7 persen saja dalam kondisi ekonomi Indonesia saat ini, dengan ICOR (Incremental Capital Output Ratio) atau rasio yang menunjukkan berapa banyak modal (investasi) yang dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan satu persen output (PDB), berada di angka 6,33 persen, membutuhkan rata-rata investasi atau invesment rate terhadap Gross Domestik Produk (GDP) sebesar 41-48 persen.
Menurut data Ceicdata.com, invesment rate to GDPÂ Indonesia pada triwulan I 2024 sebesar 30,6 persen.
Dengan gap antara 10,4 hingga 17,4 persen itu untuk menutupinya perlu tambahan Gross domestic saving (GDS) atau total simpanan sektor rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah dalam suatu negara yang cukup besar atau dengan cara menurunkan besaran ICOR, yang menjadikan setiap sen nilai investasi menjadi lebih efesien.