suku bunga acuan". Secara umum, suku bunga acuan adalah tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank sentral suatu negara sebagai patokan bagi suku bunga produk keuangan lainnya di pasar keuangan.Â
Kita mungkin sering mendengar istilah "Mengutip BI, di Indonesia, suku bunga acuan  ini dikenal dengan istilah 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR), yang merupakan tingkat bunga yang dikenakan Bank Indonesia kepada bank umum saat mereka meminjam dana jangka pendek dari BI melalui transaksi repo.
Suku bunga acuan ini juga menjadi patokan utama bagi bank-bank umum dalam menetapkan berbagai jenis suku bunga, terutama suku bunga kredit dan deposito.
Selain itu, suku bunga acuan memiliki peran penting dalam kebijakan moneter suatu negara. Dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga acuan, bank sentral dapat mempengaruhi berbagai aspek ekonomi
Bank sentral mengatur suku bunga acuan untuk menjaga ekonomi tetap stabil. Kalau harga-harga naik terlalu cepat yang berdampak menjadi inflasi, BI akan menaikkan suku bunga agar masyarakat mengurangi belanja dan harga bisa turun, dan inflasi terkendali.
Sebaliknya, kalau ekonomi dalam keadaan lesu, mereka menurunkan suku bunga agar orang lebih mudah meminjam uang ke bank  atau lembaga keuangan lainnya untuk kebutuhan konsumsi atau usaha, sehingga ekonomi bisa tumbuh lagi. Selain itu, suku bunga juga bisa dipakai untuk menjaga nilai mata uang kita agar tetap stabil.
Di Indonesia naik turunnya suku bunga acuan ditetapkan melalui rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Pertanyaannya kemudian, apakah keputusan BI menaikan atau menurunkan suku bunga itu berdampak terhadap masyarakat kebanyakan, dalam hal ini kelompok kelas menengah dan kelompok di bawahnya?
Tentu saja itu akan terasa dampaknya oleh mereka, tingkat suku bunga acuan di pasar keuangan tak hanya berdampak pada korporasi, perbankan, lembaga pembiayaan atau kelompok "the have" tetapi meluas hingga ke dapur setiap rumah tangga masyarakat Indonesia.
Seperti saat ini, keputusan BI menurunkan suku bunga acuan yang juga dikenal dengan BI rate sebesar 25 basis poin atau 0,25 persen menjadi 6 persen akan membawa dampak  bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan, termasuk  kelas menengah dan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Suku bunga yang lebih rendah akan mendorong perusahaan lebih banyak berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja baru, karena pengusaha lebih mudah mendapatkan akses kredit untuk mengembangkan usahanya dengan suku bunga yang lebih murah.
Bagi kelas menengah, suku bunga yang lebih rendah membuat cicilan kredit menjadi lebih ringan, sehingga mendorong mereka mengambil pinjaman untuk berbagai keperluan, seperti membeli rumah, kendaraan, atau membiayai pendidikan.
Kondisi ini sejalan dengan teori Keynesian yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga dapat menstimulasi permintaan agregat.Â
Dalam konteks ini, suku bunga yang lebih rendah mendorong konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan agregat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.Â
Peningkatan akses terhadap kredit ini memberikan dampak positif yang signifikan bagi golongan ekonomi menengah. Mereka dapat lebih mudah mewujudkan impian mereka, seperti memiliki rumah atau membiayai pendidikan anak, serta mengembangkan usaha mereka.Â
Selain itu, peningkatan konsumsi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H