Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Efektifitas Rancangan Aturan Kemasan Rokok Polos dari Sudut Pandang Konsumen

20 September 2024   16:30 Diperbarui: 6 November 2024   11:56 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi di Indonesia, hasil penelitian ini tidak sepenuhnya valid. Ditataran praktis, naiknya harga jual rokok tidak serta merta menurunkan jumlah perokok atau volume penjualan rokok.

Sebagai konsumen tetap, saya tahu dan merasakan sendiri kenaikan harga rokok dalam 10 hingga 15 tahun terakhir selalu naik setiap tahunnya, dan berbagai data pun mendukung fakta itu.

Apalagi setelah munculnya Undang-Undang nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, menurut catatan Kementerian Keuangan, mulai dari tahun 2013 hingga tahun 2024 ini, hanya pada tahun 2014 dan 2019 tarif CHT tidak naik.

Namun ternyata kenaikan secara konstan tarif CHT yang berimbas pada tingginya harga jual rokok ini tidak serta merta menurunkan jumlah perokok dan konsumsi rokok.

Bahkan berdasarkan hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang diluncurkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang dalam 10 tahun terakhir, dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021.

Jumlah produksinya pun relatif stabil, paling tidak dalam 5 tahun terakhir, di kisaran 318 hingga 337 miliar batang per tahun.

Jadi apa yang sebenarnya terjadi dengan perokok Indonesia? Kok dihajar kenaikan harga terus-menerus tapi mereka tetap bertahan untuk tetap merokok?

Mereka lebih memilih mengakalinya dengan bergeser ke rokok berharga lebih murah dibandingkan merek rokok preferensi awal mereka.

Urusan harga saja yang sangat sensitif tidak mampu menggoyahkan perokok, apalagi hanya masalah kemasan polos.

Boleh saja data-data yang menunjukkan aturan kemasan rokok polos di berbagai negara memiliki dampak terhadap menurnnya prevalensi merokok, seperti di Australia. Aturan kemasan rokok polos, menurut penelitian mereka, berhasil menurunkan prevalensi merokok sebesar 0,55 persen per tahun; di Inggris mencapai 0,65 persen.

Namun sepertinya hal ini tidak akan terjadi di Indonesia. Mungkin penurunan akan terjadi, tetapi tidak akan lama, maksimal 3 bulan, karena produsen dan masyarakat butuh penyesuaian untuk menemukan titik ekuilibrium baru, selepas itu semuanya kembali ke posisi normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun