Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tupperware Runtuh, Ketika Merk Ikonik Tak Lagi Relevan

17 September 2024   15:54 Diperbarui: 18 September 2024   10:01 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tupperware pernah menjadi simbol kemapanan dan gaya hidup modern. (Sumber gambar: Tupperware via nova.grid.id)

Perilaku konsumen telah berubah secara signifikan. Masyarakat modern semakin memilih alternatif yang lebih murah dan mudah diakses, seperti wadah makanan sekali pakai atau produk dari merek lain yang dijual secara online.

Selain itu, meningkatnya kesadaran lingkungan membuat konsumen mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, termasuk wadah makanan Tupperware.

Pergeseran preferensi konsumen ini sejalan dengan konsep "Creative Destruction" yang dicetuskan oleh Ekonom Amerika Serikat kelahiran Ceko, Joseph Schumpeter.

Dalam ekonomi kapitalis, inovasi terus-menerus menciptakan produk dan proses baru, yang pada akhirnya dapat menggantikan produk dan perusahaan lama yang tidak mampu beradaptasi.

Model penjualan langsung Tupperware, yang bergantung pada pertemuan tatap muka, juga semakin sulit di era digital dan pandemi COVID-19. Sementara pesaingnya telah memanfaatkan teknologi digital untuk menjangkau konsumen secara lebih efektif, Tupperware terkesan lambat beradaptasi.

Fenomena ini juga dapat dijelaskan dengan teori "Disruptive Innovation" dari ahli ekonomi digital asal Amerika Serikat, Clayton Christensen. Inovasi baru seperti e-commerce, meskipun awalnya tampak inferior, dapat mengganggu pasar yang ada dan menggantikan produk atau layanan yang sudah mapan.

Tupperware telah melakukan berbagai upaya penyelamatan, seperti restrukturisasi utang, penjualan aset, dan fokus pada penjualan online. Namun, upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil yang signifikan.

Masa depan Tupperware masih diselimuti ketidakpastian. Akankah perusahaan ini berhasil bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali relevansinya di pasar modern?

Atau akankah ia menjadi catatan kaki dalam sejarah bisnis, sebuah kisah tentang bagaimana sebuah merek ikonik bisa runtuh di bawah tekanan perubahan zaman dan dinamika pasar yang tak kenal ampun?

Hanya waktu yang akan menjawabnya. Namun, satu hal yang pasti: kisah Tupperware adalah pengingat yang kuat bagi semua perusahaan. Inovasi dan adaptasi bukanlah pilihan, melainkan keharusan untuk bertahan hidup di dunia bisnis yang terus berubah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun