Kebalikan dari berinvestasi di properti, uang yang dibutuhkan untuk memulai investasi di SBN ritel cukup ekonomis, hanya dengan Rp1 juta saja kita sudah bisa mulai berinvestasi di instrumen ini.
Sepanjang masa jatuh tempo SBN ritel belum tiba, kita akan mendapakan imbal hasil secara reguler dengan jumlah yang pasti.
Selama jangka waktu itu, memang ada kemungkinan nilai SBN ritel turun, tapi juga ada kemungkinan untuk naik, kalau di jual di pasar sekunder, tapi at the end, saat masa jatuh temponya tiba nilainya akan kembali ke harga pokok investasi awal.
Dan yang tsrpenting, jika membutuhkan uang mendadak SBN ritel lebih likuid dibandingkan properti.
Reksa Dana
Reksa dana untuk jenis tertentu memang memiliki potensi keuntungan yang lebih tinggi, namun seiring dengan potensi keuntungannya , risikonya pun cukup besar.
Artinya berinvestasi di  reksa dana tak ada jaminan pasti akan mendapatkan keuntungan, berbeda dengan SBN ritel yang sudah pasti memberikan imbal hasil dengan nilai tetap secara reguler.
Dan yang paling penting reksa dana tak di jamin pemerintah, hingga ada potensi kehilangan pokok dan imbal hasilnya. Oleh sebab itu kita harus berhati-hati dalam memilih Manajer Investasi yang mengelola dana yang kita belikan di produk investasi ini.
Berbeda dengan SBN ritel, meskipun nilai imbal hasilnya sangat mungkin lebih rendah dibanding reksa dana, tapi risiko SBN ritel.nyaris nol karena dijamin Pemerintah
DepositoÂ
Secara umum deposito di perbankan merupakan instrumen keuangan yang paling banyak digunakan di Indonesia. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 80 persen aset industri jasa keuangan di Indonesia dikuasai oleh perbankan.
Dan deposito merupakan salah satu produk keuangan yang paling populer karena aksesnya relatif mudah dan sudah familiar di tengah masyarakat.
Namun sayangnya, bunga atau imbal hasil yang ditawarkannya sangat rendah sehingga nilai investasinya rentan dihantam inflasi.