Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tergerus di Balik Kilau Pertumbuhan Ekonomi, Paradoks Kelas Menengah Indonesia

12 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 31 Agustus 2024   13:40 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukan reseliensinya di tengah situasi perekonomian global yang terus berubah dan masih penuh ketidakpastian.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada Triwulan-II 2024 mengalami pertumbuhan 5,05 persen secara Year on Year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2023, atau tumbuh 3,79 persen dibandingkan Triwulan-I 2024.

Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,93 persen dan memberikan kontribusi signifikan sebesar 54,53 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi.

Indikator ekonomi lain juga menunjukan hal yang cukup positif. Pada bulan Juli 2024, inflasi di Indonesia tercatat sebesar 2,13 persen secara YoY, yang merupakan tingkat inflasi terendah dalam 27 bulan terakhir. 

Ini menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, di mana inflasi tercatat sebesar 2,51 persen pada Juni 2024. Tingkat inflasi ini juga lebih rendah dari perkiraan ekonom yang memprediksi penurunan ke 2,41 persen.

Sementara itu, inflasi inti (core inflation), yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang lebih volatil, meningkat sedikit menjadi 1,95 persen pada Juli 2024 dari 1,90% pada bulan Juni.

Pertumbuhan harga untuk makanan melambat menjadi 3,61 persen dari 4,95 persen pada bulan sebelumnya, dan harga untuk transportasi naik sebesar 0,99 persen, YoY.

Namun, deretan data yang menunjukkan performa tangible cemerlang perekonomian Indonesia ini tampaknya tak merembes dan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh kelompok yang biasa disebut kelas menengah.

Bank Dunia mendefinisikan kelas menengah Indonesia sebagai mereka yang memiliki rentang pengeluaran 3,5 kali hingga 17 kali di atas garis kemiskinan.

Menurut ekonom senior yang juga Menteri Keuangan Indonesia di masa akhir era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013-2014, M.Chatib Basri dalam tulisan opininya di Harian Kompas 24 Juli 2024 bertajuk "Kelas Menengah: Dari Zona Nyaman ke Zona Makan"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun