Sejatinya, tak terlalu mengherankan Program Makan Siang Gratis bagi anak- anak dan ibu hamil yang merupakan salah satu program kerja unggulan pasangan pemenang Pilpres 2024, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berubah-rubah terus, mulai dari penamaan, pengelolaannya hingga besaran alokasi anggarannya.
Karena sedari awal program makan siang gratis ini ditawarkan ke publik, Prabowo-Gibran, Tim Kampanye serta para sekondannya yang lain memang belum memiliki peta jalan yang ajeg dan komprehensif terkait program unggulannya tersebut.
Mereka hanya memiliki, gambaran besar dan kasar terkait program tersebut, tak holistik, detail, dan langsung bisa dieksekusi secara layak.
Kondisi seperti ini, saya dengar langsung dari Tim Kampamye Nasional (TKN) saat kampanye sedang berlangsung pada akhir tahun 2023 lalu.
Waktu itu saya, diajak bertemu mereka karena salah satu tulisan saya di Kompasiana bertajuk "ProgramProgram Makan Siang dan Susu Gratis Paslon Prabowo-Gibran, Bisa Dibiayai Dengan Skema Dana Abadi" di baca oleh seorang kawan yang kebetulan menjadi salah satu anggota TKN Prabowo-Gibtan.
"Mas Fer bisa ketemu enggak,menarik juga tuh tulisan mu tentang makan siang gratis itu" ujar seorang kawan itu.
Oke, saya bilang, akhirnya ketemu lah kita di sebuah tempat di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan.
Dalam kesempatan itu, ada beberapa orang yang hadir, ya kita jadinya semacam meeting "ringan" lah, saling bertukar pandangan dan pendapat.
Di awal perbincangan, saya bertanya "Emang TKN dan tim ekonominya Prabowo-Gibran belum punya roadmap detil tentang Program Makan Siang Gratis?"
Jawabannya,
"Sebagai sebuah roadmap yang detil kita belum punya, kalau gambaran dan hitung-hitungan kasarnya sudah ada lah" ujar salah satu diantara mereka, yang ketika saya lirik ia sedang membuat model pembiayaaan program makan siang gratis di Ipad-nya.
Oke, jawaban yang jujur tapi cukup mengejutkan, sebenarnya. Dalam pikiran saya, seharusnya sebuah program unggulan itu sudah dirancang sedemikian rupa, sehingga kita tahu manfaatnya, bagaimana implementasinya, dan dari mana anggaran dan besaran dana yang dibutuhkannya.
Setelah itu kami sempat beberapa kali bertemu, dan rancangan tentang Program tersebut terus berubah-ubah, bahkan hingga sekarang.
Kalau masalah manfaat dari program makan siang gratis itu tak perlu diragukan lah, besar sekali, meskipun jika dikaitkan dengan stunting masih bisa diperdebatkan. Tapi paling tidak jika mengacu pada program makan siang gratis di India atau biasa disebut Program Makan Poshan, manfaatnya bagi kesehatan, sosial, dan ekonomi memang banyak.
Namun, implementasi program makan siang gratis yang belakangan berubah menjadi makan bergizi gratis itu tak akan mudah.Bahkan hampir mustahil jika dilaksanakan secara menyeluruh dalam satu waktu mengingat keterbatasan anggaran negara. sesuai prediksi anggaran awal program makan bergizi gratis mencapai Rp450 triliun, dengan alokasi per porsi Rp15.000.
Oke,lah sekarang anggaran untuk program makan bergizi gratis sudah fix dan pasti dilaksanakan di awal Pemerintahan Prabowo. Menurut Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 yang telah dilansir oleh Kementerian Keuangan, anggaran untuk program makan bergizi gratis sebesar Rp71 triliun atau sekitar 16 persen dari kebutuhan untuk pelaksanaan program makan bergizi gratis yang ditujukan untuk siswa, santri, dan ibu hamil.
Angka 16 persen untuk anggaran makan bergizi gratis di tahun pertama, tak berbeda jauh dengan hitung-hitungan awal bahwa pelaksanaan program makan bergizi gratis di tahun pertama realisasinya dimulai dari 20 persen, untuk kemudian bereskalasi 20 persen tambahan setiap tahun, hingga di tahun ke-5 mencapai 100 persen.
Artinya seluruh anggaran makan bergizi gratis berasal dari APBN dan pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap.
Namun, dalam pertemuan dengan para ekonom dari berbagai institusi keuangan Tim Prabowo memunculkan gagasan, agar cakupan program makan bergizi gratis lebih luas maka alokasi anggaran per porsi rencananya akan diturunkan menjadi Rp9.000 hingga Rp7.500 per.
“Setelah dikomunikasikan angka itu Rp71 triliun, kemudian tugasnya presiden terpilih ke tim ekonominya itu memikirkan apakah biaya makanan per hari itu bisa gak diturunin lebih hemat dari Rp15 ribu mungkin ke Rp9 ribu, ke Rp7.500 kah? kira kira begitu,” Kata Ekonom Verdhana Sekuritas, Heriyanto Irawan, seperti dilansir Infobanknews.com. Rabu (17/07/2024).
Standar sebuah set menu disebut bergizi itu ada dan jelas, saya bukan ahli gizi, tapi para ahlinya pasti tahu apa saja makanan yang masuk kategori bergizi itu dan berapa kira-kira alokasi anggarannya.
Dan saya yakin, ahli gizi di manapun di dunia ini tak akan mampu menyusun set menu kategori bergizi (bukan asal kenyang) dengan harga per porsinya Rp9.000-Rp7.500, apalagi dengan harga-harga kebutuhan pokok seperti saat ini, yang lumayan tinggi.
Di warung-warung makan pinggiran saja, dengan harga segitu, mungkin kita hanya bisa makan sepiring nasi dengan lauk sepotong tahu atau tempe, paling banter kalau pemilik warungnya baik hati, kita akan mendapatkan "sebentuk" telur ceplok, tanpa tambahan sayur apalagi buah.
Ya, memang bergizi juga sih, tapi apakah "bergizi" seperti itu yang diharapkan dari program makan bergizi gratis yang diglorifikasi sedemikian rupa tersebut?
Saya kira, kalau hanya seperti itu lupakan saja lah program makan bergizi gratis ini, anggarannya mungkin lebih baik dialihkan untuk yang lebih bermanfaat.
Ke depan bagi para politisi yang berambisi menjadi pemimpin negara atau daerah, mungkin ada baiknya kalau membuat program kerja itu sudah jelas dan detil peta jalannya dan paham bagaimanan cara mengimplementasikannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H