Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Defisit APBN 2024 Membengkak, Harga BBM Bersubsidi Dinaikan, Konsumsinya Dibatasi, atau Ada Alternatif Lain?

11 Juli 2024   14:46 Diperbarui: 11 Juli 2024   15:36 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun 2024 diproyeksikan bakal mengalami pembengkakan yang cukup siginifikan.

Menurut informasi dari Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (DJA-Kemenkeu), defisit APBN 2024 diproyeksikan meningkat dari target awal sebesar Rp522,8 triliun atau setara dengan 2,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), menjadi Rp609,7 triliun atau 2,7 persen dari PDB.

Akibatnya, semakin dalam gap defisit tersebut, menurut Dirjen Anggaran Kemenkeu, Isa Rachmatarwata hal tersebut, dipicu oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang saat ini bertengger di atas Rp16.000 per US Dollar, naiknya harga minyak mentah Indonesia (ICP) dari 78,4 US Dollar per barel di tahun 2023 menjadi 81,3 US Dollar per barel pada semester awal 2024, dan merosotnya realisasi produksi minyak mentah Indonesia.

Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) produksi minyak dalam negeri pun mengalami kemorosotan, dari target 635.000 barel per hari, hingga triwulan I tahun 2024 ini realisasi liftingnya hanya sebesar 567.000 barel per hari.

Kondisi ini mau tidak mau, mendorong Pemerintah untuk menaikan proyeksi anggaran belanja negara, dari target awal sebesar Rp332t,2 triliun, menjadi Rp3.412,2 triliun atau 102,6 persen dari target penetapan  APBN 2024 awal.

Di sisi lain, pendapatan atau penerimaan Negara tetap, sesuai target pendapatan yang tertuang dalam APBN 2024, sebesar Rp2805,4 triliun,  tak ada proyeksi pendapatan tambahan

Fakta dan data seperti yang disampaikan Kemenkeu ini, menunjukan bahwa pemicu utama defisit APBN 2024 lantaran adanya kebutuhan tambahan untuk belanja subsidi energi.

Informasinya, realisasi volume penyaluran BBM bersubsidi pada Semester I 2024 telah mencapai 7,16 juta kilo liter. Sementara, LPG 3kg yang disubsidii Negara terealisasi sebsesar 3.365,8 juta kg.

Subsidi listrik pun alokasi anggarannya mengalami kenaikan, dari sebelumnya untuk 39,02 juta pelanggan menjadi 40,6 juta pelanggan.

Hingga saat ini anggaran yang telah digelontorkan Negara untuk seluruh subsidi tersebut mencapai Rp155,7 triliun, padahal alolkasi total anggaran subsidi  energi dalam APBN 2024, cuma sebesar Rp.189,1 triliun.

Artinya alokasi anggaran subsidi energi untuk tahun 2024 hanya tersisa Rp33,4 triliun saja, padahal tahun 2024 waktunya masih panjang sekitar 5 bulan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun