Menjelang pergantian Pemerintahan di Indonesia pada Oktober 2024 mendatang, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS terus mengalami pelemahan secara konstan.
Terhitung sejak akhir Mei 2024 kurs Rupiah terhadap Dollar AS tembus dan stabil di atas Rp.16.000 hingga saat ini. Mengutip, situs keuangan Investing.Com, Selasa (25/06/2024) hari ini Pukul 09.00 nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS berada di level Rp.16.378, sedikit menguat dibandingkan akhir pekan lalu yang sempat mendekati Rp16.500.
Menurut data Bank Indonesia, dalam satu bulan terakhir kurs Rupiah melemah sekitar 2,7 persen. Pelemahan Rupiah lebih parah lagi apabila dibandingkan secara tahunan (year to year) Juni 2023 lalu, yakni terjun bebas sebesar 6,4 persen.
Pemerintah dan Bank Indonesia menyebut pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi sekarang itu "given" atau "memang seharusnya begitu" karena nilai tukar Dollar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang negara-negara dunia, termasuk Rupiah.
Menurut berbagai sumber informasi yang saya dapatkan, menguatnya nilai tukar Dollar AS terhadap mata uang negara lain disebabkan beberapa faktor, di antaranya:
Kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, The Fed yang cenderung agresif dengan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran cukup tinggi, 5,25-5,50 persen.
Dan dalam dokumen terbarunya seperti dilansir CNBCIndonesia.Com, The Fed mengindikasikan hanya akan ada sekali penurunan suku bunga acuan yang kemungkinan akan dilaksanakan pada Desember 2024, akhir tahun, itu pun hanya 25 basis poin atau 0,25 pesen.
Tingginya suku bunga acuan The Fed ini, menarik investor global untuk menempatkan dananya di AS, karena imbal hasil investasi menjadi lebih menarik. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap Dollar AS, dan kemudian mendorong penguatan nilai tukarnya terhadap mata uang lain di dunia.
Selain itu, menguatnya nilai tukar dipicu oleh perekonomian AS yang kian stabil, sehingga tahan terhadap gejolak ekonomi global yang saat ini masih terus berada dalam situasi ketidakpastian akibat berbagai sebab, terutama konflik geopolitik di berbagai wilayah dunia.
Dalam konteks Rupiah, menurut Ekonom Senior dari Universitas Indonesia yang juga Menteri Keuangan di masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), M. Chatib Basri, seperti diungkapkan lewat akun media sosial X miliknya @Chatibbasri, ada hal lain yang menjadi salah satu penyebab pelemahan Rupiah, karena adanya kekuatiran pasar terhadap kesinambungan fiskal Indonesia yang saat ini dianggap sudah cukup memadai.