ekonomi Indonesia  yang diharapkan mampu menjadi kendaraan untuk mencapai tujuan sebagai negara maju pada tahun 2045 adalah program downstreaming alias hilirisasi.
Salah satu mesin pertumbuhanHilirisasi dalam bahasa sederhana adalah mengolah bahan mentah agar mempunyai nilai tambah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Nah, dari proses pengolahan inilah potensi "cuan" muncul. Tak hanya nilai jualnya bertambah tinggi, proses pengolahan memiliki multiplier effect atau dampak berganda bagi ekosistem perekonomian masyarakat.
Alhasil peningkatan devisa negara menjadi keniscayaan. Diversifikasi ekonomi pun dipastikan terjadi, dari yang sebelumnya hanya sekedar mengekspor barang mentah, yang kemudian dapat mengembangkan industri hilir, dengan demikian potensi penerimaan pajak hampir dipastikan melonjak.
Selain itu, jumlah serapan tenaga kerja meningkat yang nantinya mampu mendorong pemberdayaan masyarakat di wilayah proses hilirisasi dilakukan, yang pada akhirnya membuat kapasitas ekonomi masyarakat dapat terus meningkat menuju sejahtera.
Menyadari hal tersebut, pemerintah Indonesia saat ini terus menggenjot program hilirisasi. Paling tidak di dua sektor yang kini sudah berjalan, yakni hilirisasi pangan serta mineral dan batu bara (minerba).
Hilirisasi pangan kala ini menyasar beberapa komoditi antara lain kelapa sawit dan rumput laut. Sedangkan, fokus hilirisasi minerba ke logam-logam utama Indonesia seperti nikel, timah, tembaga, dan batu bara.
Saat ini, komoditas minerba  andalan utama Indonesia adalah bijih nikel. Hal tersebut mengacu kepada data United States Geological Survey dan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bahwa Indonesia merupakan penghasil bijih nikel tertinggi di dunia.
Pada tahun 2022 Indonesia memproduksi 1,6 juta ton, jauh di atas Filipina yang berada di urutan kedua, dengan produksi di kisaran 330 ribu ton, dan Rusia yang berada di peringkat ketiga dengan 220 ribu ton.
Cadangan utama bijih nikel Indonesia tersebar di sejumlah daerah di timur negeri ini yaitu Sulawesi, Maluku dan Papua.
Sebagian besar produksi bijih nikel Indonesia tersebut diekspor dalam bentuk raw material atau bahan mentah, gali dan jual.
Nilai ekspor bijih nikel dalam kondisi mentah pada tahun 2017, menurut catatan Kementerian Keuangan hanya sebesar US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp52,8 triliun, dalam kurs US Dolar sekarang yang berada di kisaran Rp16.000 per Dolar.
Saat ini, pasca lahirnya kebijakan larangan ekspor bijih nikel mentah oleh pemerintahan Jokowi pada tahun 2020, nilai ekspor bijih nikel olahan setengah jadi atau produk akhir hasil proses hilirisasi meningkat hingga 10 kali lipat, menjadi sekitar US$33,8 miliar atau senilai Rp540,8 triliun pada tahun 2022.
Untuk tahun 2024 pemerintah menargetkan nilai ekspor produk hilirisasi nikel bisa mencapai USD 54,49 miliar atau sebesar Rp 871,84 triliun.
Angka sebesar itu belum termasuk nilai investasi yang ditanamkan di industri hilirisasi nikel di indonesia yang secara keseluruhan hingga tahun 2023 mencapai Rp 414 triliun.
Nilai investasi raksasa dengan segala multiplier effect-nya itu pastinya akan berdampak sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Makanya tak heran, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga terus positif. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal 1 tahun 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan resiliensinya di angka 5,11 persen. Angka ini meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,04 persen, padahal di situasi perekonomian dunia yang sedang tidak baik-baik saja.
Selain didukung oleh permintaan domestik yang cukup tinggi dan konsumsi rumah tangga yang mencapai angka 4,91 persen. Pertumbuhan ekonomi nasional juga didukung oleh sektor investasi yang tumbuh 4,63 persen.
Sejumlah pihak yang berperan penting terhadap apiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia diantaranya para pelaku industri termasuk investor yang menanamkan modalnya dalam proses hilirisasi nikel.
Salah satu pemain penting dalam  program hilirisasi nikel di Indonesia, khususnya di kawasan Morowali Utara Sulawesi Tengah adalah PT Gunbuster Nickel Industry (GNI).
Kontribusi PT GNI mencakup berbagai aspek, mulai dari nilai investasinya yang cukup besar, penciptaan lapangan kerja, hingga pengembangan ekonomi daerah.
Mengutip situs resmi perusahaan https://gunbusternickelindustry.com/, perusahaan smelter bijih nikel yang diresmikan Presiden Jokowi pada tahun 2021 ini nilai investasinya sebesar USD3 miliar atau senilai Rp 48 triliun.
Ekspor perdana produk olahan bijih nikel PT. Gunbuster Nickel Industry sudah dilakukan pada awal 2022, berupa 13.650 ton Nickel Pig Iron ke China, dengan nilai ekspor USD 23 juta.
Keberadaan PT GNI di Kabupaten Morowali Utara telah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pekerjaan langsung meliputi operator pabrik, teknisi, sampai dengan level clerk atau staf administrasi,
Sementara pekerjaan tidak langsung datang dari sektor-sektor pendukung seperti transportasi, logistik, dan jasa lainnya. Hal ini memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah setempat.
Tak terbatas hanya memicu pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut, PT Gunbuster Nickel Industry, juga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat melalui berbagai program tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR). Pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya, yang at the end mendorong perekonomian wilayah Kabupaten Morowali Utara.
Fakta tersebut dibuktikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Morowali Utara  yang selalu tumbuh positif, pasca industri hilirisasi nikel yang berkembang di wilayah ini.
Mengutip data dari BPS Morowali Utara, PDRB Kabupaten Morowali Utara tumbuh 36,4 persen pada tahun 2022, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 10,59 persen.
Dan angka PDRB di Kabupaten Morowali Utara tertinggi dibanding kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Tengah. Apakah statistik ini membuktikan sumbangsih besar industri hilirisasi bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah?
Sampai di sini fakta berbentuk angka ini bisa membuktikan itu. Tetapi, tentu saja semuanya belum berjalan sempurna dan bisa memuaskan semua pihak.
Begitu pun bagi PT. Gunbuster Nickel Industry, meskipun masih ada tantangan, mereka harus terus berupaya memaksimalkan dampak positifnya bagi masyarakat dan lingkungan.
Namun demikian, dari sini kita sudah dapat melihat dengan jelas bahwa program hilirisasi minerba sudah di track yang benar, menuju target investasi hilirisasi 2040 yang sebesar USD 543,3 miliar atau Rp 8.771 triliun.
Dengan dukungan  pemerintah serta kerja sama yang baik antara masyarakat dan perusahaan pelaku hilirisasi  seperti PT Gunbuster Nickel Industry, hilirisasi minerba terutama bijih nikel diharapkan dapat menjadi pilar penting bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia di masa depan.
Sumber Referensi :
https://data.kompas.id/data-detail/kompas_statistic/6410117d8d55587bd97e2619
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/7255/nilai-ekspor-hilirisasi-nikel-melonjak-745?lang=1
https://kompaspedia.kompas.id/baca/data/dokumen/morowali-utara-dalam-angka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H