Dengan sifat imbal hasil seperti itu, apabila suku bunga Bank Indonesia yang menjadi patokan utama penetapan tingkat imbal hasil SBR013 naik, maka kupon yang ditawarkan akan ikut naik, tapi jika suku bunga BI turun, imbal hasil SBR013 tak akan ikut turun di bawah batas minimal yang ditentukan.
Apakah tingginya animo masyarakat terhadap penawaran ST012 akan menular saat penerbitan SBR013?
Sejumlah analis keuangan sih memprediksi animo masyarakat terhadap penawaran SBR013 tak akan berbeda, masih akan cukup tinggi mengingat imbal hasil  yang ditawarkan nantinya diperkirakan masih jauh lebih kompetitif dibandingkan rata-rata suku bunga deposito di bank-bank besar nasional yang saat ini berada di kisaran 5,22 persen.
Selain itu, seperti halnya SBN ritel lainnya SBR013 merupakan media investasi yang sangat aman karena dijamin oleh Negara lewat dua undang-undang sekaligus sehingga  pokok dan kuponnya pasti dibayarkan tepat waktu.
Dan manfaatnya pun relatif lebih jelas, digunakan sebagai bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar-besarnya digunakan demi pembangunan nasional.
Untuk mendapatkannya pun, caranya cukup mudah dan sederhana, seperti  membuka rekening di bank. Pembukaan rekeningnya bisa dilakukan di sejumlah mitra distribusi yang telah bekerjasama dengan Kemenkeu.
Mitra distribusi ini merupakan pelaku industri jasa keuangan di sektor perbankan, perusahaan sekuritas dan perusahaan keuangan berbasis teknologi (fintech)
Nah, kira-kira berapa imbalan hasil SBR013 yang bakal ditawarkan Pemeintah?
Beberapa analis ekonomi  sih memperkirakan imbal hasil SBR013 akan berada dikisaran 6,3 persen hingga 7,3 persen per tahun.
Saya sendiri memprediksi imbal hasil SBR013 akan ditawarkan 0,2 persen di atas atau di bawah imbal hasil yang ditawarkan saat penerbitan ST012.
Namun, untuk lebih pastinya kita tunggu lah pemgumuman resmi dari DJPPR-Kemenkeu yang biasanya akan dilakukan dua hari menjelang masa penawaran dibuka.