Alhasil daya tetas telur kunang-kunang menjadi turun tajam. Jika pun menetas larvanya akan langsung mati bahkan yang sudah dewasa sekalipun, sehingga pada akhirnya menurunkan populasi kunang-kunang secara drastis.
Oleh sebab itu lah, kunang-kunang kini tengah menuju jalan kepunahan dan semakin sulit untuk kita dapati.
Saking sulitnya, bahkan untuk melihat kunang-kunang kini menjadi semacam pariwisata alam tersendiri.
Di luar negeri seperti di Jepang, Taiwan, Meksiko, hingga Thailand wisata untuk menikmati cahaya kunang-kunang menghasilkan cuan yang besar.
Mereka menciptakan sensasi dengan melihat kunang-kunang dalam jumlah yang besar dan kelap-kelip cahayanya bisa dinikmati langsung secara kasat mata.
Di Indonesia, seperti di Curug Panjang Higland Bogor, wisata kunang-kunang juga menjadi daya tarik spesial, wisatawan dapat menikmati indahnya cahaya kunang-kunang di kawasan ini mulai selepas Magrib hingga tengah malam
Ironis memang, sesuatu yang mestinya bisa dinikmati tanpa harus merogoh kocek seperti melihat cahaya kelap-kelip kunang-kunang, kini harus dilakukan dengan mendatangi tempat tertentu dan membayar.
Andai ekosistem kunang-kunang bisa terjaga dengan baik mungkin, mereka bisa berkembang biak secara alami, dan anak cucu kita dapat menikmati sensasinya seperti dulu kami menikmatinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H