Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Resmi Tuntaskan Proses Akuisisi, Kini TikTok Kuasai Tokopedia, Apa Dampaknya bagi Industri E-Commerce Indonesia?

1 Februari 2024   11:44 Diperbarui: 1 Februari 2024   11:48 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PT. GoTo Gojek-Tokopedia Tbk, mengumumkan penyelesaian transaksi investasi platform market place miliknya, Tokopedia, oleh ByteDance, induk perusahaan berbagi video asal China, Tik Tok, Rabu (31/01/2024) kemarin. Dengan rampungnya proses akuisisi ini, maka bisnis Tokopedia dan Tik Tok Shop Indonesia resmi bergabung di bawah bendera PT. Tokopedia.

"Hari ini kami menyelesaikan transaksi kerja sama dengan TikTok, yang akan terus memberikan manfaat kepada Indonesia dan para pelaku UMKM," kata Direktur Utama Grup GoTo, Patrick Walujo,seperti dilansir Katadata.co.id. Rabu(31/01/2024.

Dengan kelarnya proses transaksi investasi ini, maka Tik Tok bakal menjadi pengendali Tokopedia dengan kepemilikan saham sebanyak 38.198.145 lembar yang berupa saham baru atau setara dengan 75,01 persen, sementara kepemilikan  GoTo di Tokopedia tersisa 24,99 persen.

Proses transaksi investasi antara GoTo dan ByteDance induk dari Tik Tok Shop ini sudah dimulai sejak 11 Desember 2023, saat itu Tik Tok bersepakat untuk membeli 75,01 persen saham Tokopedia dengan nilai akuisisi sebesar US$ 840 juta atau senilai Rp.13,19 triliun, artinya setiap lembar saham Tokopedia dihargai sebesar Rp346,26.

Setelah proses akuisisi ini kelar, sebagai bagian dari komitmen jangka panjang untuk mendukung operasional bisnis Tokopedia, Tik Tok akan menginvestasikan lagi dana sebesar US$ 1,5 milyar, tanpa penurunan persentase kepemilikan saham atau dilusi pada kepemilikan GoTo di Tokopedia.

Bagi GoTo sendiri, masuknya Tik Tok di Tokopedia itu bisa dianggap sebagai berkah, lantaran seperti diungkapkan Patrick Walujo, tanpa aksi korporasi ini, hampir dapat dipastikan Tokopedia akan mati cepat atau lambat.

"Banyak orang yang tidak paham apa yang saya hadapi ketika itu. Itu adalah pilihan antara bertahan hidup atau mati. Memang kematiannya bakal perlahan tetapi pasti," katanya, seperti dilansir CNBCIndonesia.com.

Jadi tak ada pilihan lain bagi Tokopedia selain bekerjasama dengan Tik Tok agar bisa tetap bisa bertahan hidup.

Sementara alasan Tik Tok memilih Tokopedia,  sebagai mitra kerjasamanya lantaran Tokopedia memiliki basis pengguna aktif yang cukup besar, mencapai 130 juta pengguna. Hal ini berpotensi besar bagi TikTok untuk menjangkau pelanggan yang lebih banyak lagi di Indonesia.

Selain itu, Tokopedia memiliki infrastruktur dan pengalaman yang cukup mumpuni di dunia e-commerce Indonesia, sehingga penetrasi Tik Tok di pasar Indonesia akan lebih efektif dan efesien. Ditambah lagi, Tokopedia memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung UMKM nasional, sejalan dengan visi Tik Tok untuk mendukung UMKM di Indonesia.

Pertanyaannya kemudian, setelah Tokopedia dan Tik Tok Shop bergabung apa dampaknya bagi Industri e-commerce Indonesia secara umum?

Dampak positifnya, bergabungnya dua kekuatan tersebut memiliki potensi untuk memperkuat ekosistem e-commerce di Indonesia. Bahkan mungkin bisa menjadi angin segar bagi industri market place Indonesia yang kini posisinya sedang melandai.

Sebagai gambaran, mengutip Outlook Report Google, Temasek, dan Brain & Co, Gross Merchandise Value (GMV) atau jumlah total barang dagangan yang terjual melalui situs dan aplikasi e-commerce di Indonesia saat ini mengalami perlambatan.

Pertumbuhan GMV e-commerce Indonesia pada 2023 ditaksir hanya 7 persen menjadi 62 miliar dollar AS atau sekitar Rp 961 triliun. Padahal, pada periode sama 2021-2022, pertumbuhan GMV e-commerce di Tanah Air melejit 20 persen menjadi 58 miliar dollar AS atau setara Rp 899 triliun.

Selain itu, kemitraan keduanya, bakal membuka peluang bagi UMKM dari berbagai wilayah Indonesia untuk menjangkau lebih banyak konsumen yang pada akhirnya dapat mengembangkan bisnis mereka.

Namun demikian, ada satu hal yang patut dicermati dari hasil transaksi investasi antara Tokopedia dan Tik Tok tersebut, yaitu potensi terjadinya monopoli di dunia e-commerce Indonesia.

Seperti kita ketahui, dua entitas bisnis tersebut merupakan pemain besar di industri e-commerce Indonesia, andai dalam perjalanan bisnisnya ternyata sukses, maka potensi Tokopedia dan Tik Tok menjadi penguasa tanpa lawan di Industri e-commerce Indonesia sangat mungkin terjadi.

Dengan kekuatan yang sangat besar seperti itu kekhawatiran persaingan tidak sehat bakal muncul kepermukaan, bisa saja dengan kekuatannya yang meraksasa seperti itu, mereka akan leluasa menekan kompetitornya yang lain.

Salah satu contoh misalnya, karena size-nya menjadi sangat besar mereka bisa bermain dengan volume, sehingga memungkinkan untuk menawarkan harga barang yang jauh lebih murah atau memberikan pelayanan yang lebih prima dibandingkan pesaingnya, sehingga pemain lain di e-commerce kesulitan bersaing dan mati secara perlahan.

Transaksi investasi yang menghasilkan kerjasama antara Tokopedia dan Tik Tok ini, merupakan sebuah giant step menuju lanskap baru dunia e-commerce Indonesia, walaupun ada satu hal penting yang harus dicermati bahwa potensi dampak negatif dari akuisisi ini nyata adanya, itu lah yang harus diantisipasi dan dimitigasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun