ORI025, hingga ditutup 22 Februari 2024 Pukul 10.00.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu) hari ini Senin 29 Januari 2024 pukul 09.00 mulai membuka pemesanan Surat Berharga Negara (SBN) ritel seriInstrumen keuangan fixed income pelat merah ini ditawarkan dengan skema dual tranches, ORI025 T3 yang memiliki masa jatuh tempo atau tenor 3 tahun memberikan imbal hasil 6,25 persen per tahun dan ORI025 T6 bertenor 6 tahun imbal hasilnya 6,40 persen per tahun.
Mengutip keterangan Direktur Surat Utang NegaraDJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan, dalam acara Launching ORI025, Minggu 28 Januari 2024 kemarin, di Kawasan Bintaro Jakarta Selatan, target awal Pemerintah untuk pemesanan dua seri ORI025 sebesar Rp.25 triliun.
Mengingat animo masyarakat terhadap SBN ritel ini cukup tinggi, rasanya target awal sebesar itu bukan sesuatu yang sulit untuk ditembus. Apalagi ORI025 tersebut memang "barang bagus."
Tingkat keamanannya setara dengan deposito,karena pembayaran pokok dan imbal hasilnya dijamin dua undang-undang sekaligus, Undang-Undang nomor 24 tahun 2002 tentang SBN dan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun, dalam saat bersamaan, tingkat imbal hasil yang ditawarkan oleh ORI025 cukup menarik, karena lebih tinggi dibandingkan rata-rata suku bunga deposito bertenor di atas 12 bulan di bank-bank besar nasional, yang menurut Data Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan(OJK) berada di level 5,22 persen.
Tarif pajak yang dikenakan atas imbal hasil ORI025 pun hanya 10 persen, lebih rendah daripada pajak atas suku bunga deposito yang sebesar 20 persen.
Di tambah lagi situasi pasar obligasi secara umum untuk tahun 2024 diprediksi oleh sejumlah analis pasar keuangan berpeluang mengalami peningkatan kinerja seiring dengan potensi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang kabarnya akan dilakukan pada Quarter II 2024, situasi ini biasanya akan diikuti oleh bank-bank sentral negara lain, termasuk Bank Indonesia.
Lantas bagaimana dengan situasi politik di dalam negeri yang kian memanas, saat memasuki masa Pemilihan Umum?
Sepertinya, tak akan ada pengaruhnya terhadap proses penerbitan dan pengelolaan SBN Ritel, karena siapapun yang nantinya akan memerintah, pokok dan imbal hasil dari ORI025 atau seri SBN ritel lainnya akan tetap dibayarkan sesuai dengan yang tertulis dalam memorandum teknis  yang dirilis Kemenkeu.
Risiko gagal bayar atau default untuk ORI025 dan SBN ritel lainnya juga dapat dipastikan tidak akan terjadi. Jika berkaca pada penerbitan SBN ritel yang diterbitkan sebelumnya, pembayaran imbal hasil dan pokoknya selalu dilakukan tepat waktu dan tepat jumlahnya.
Risiko likuiditas, di mana potensi kerugian muncul akibat kesulitan menjual kembali ORI025 di pasar sekunder, hampir mustahil terjadi karena investor dapat menjual kembali ORI025 melalui Mitra Distribusi yang telah bekerjasama dengan Kemenkeu.
Risiko pasar, berupa capital loss memang memungkinkan, karena karateristik ORI025 bisa diperdagangkan kembali di pasar sekunder maka bisa saja terjadi harga jual lebih rendah daripada harga beli, tetapi mudah sekali untuk memitigasinya, ya jangan jual dulu saat harganya lebih rendah dibanding harga beli atau pegang saja ORI025 hingga masa jatuh temponya tiba.
Selain potensi keuntungan yang bersifat tangible tadi, berinvestasi di ORI025 juga memberikan keuntungan intangible karena dana investasi tersebut akan menjadi bagian pembiayaan APBN, yang pada akhirnya digunakan untuk membiayai pembangunan nasional, demi mensejahterakan rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Tak salah juga, kalau ORI025 ini disebut sebagai Pilihan Berharga untuk penuhi janji di masa depan.
So, bagi yang berminat untuk berinvestasi di ORI025, bisa menghubungi 27 mitra distribusi yang telah bekerja sama dengan Kemenkeu.
Berikut daftar mitra distribusi yang merupakan bagian dari pelaku usaha sektor jasa keuangan di perbankan, perusahaan sekuritas dan perusahaan keuangan berbasis digital alias fintech.
Dari lembaga perbankan, ada nama-nama besar seperti : Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BTN, Bank BCA, Bank Permata, Bank Danamon, Bank OCBC, CIMB Niaga, Maybank, Bank UOB, Bank Mega, Bank Victoria, Panin Bank, Standart Chartered Bank, HSBC, dan Commonwealth Bank.
Perusahaan sekuritas terdiri dari: Trimegah Sekuritas Indonesia, BRI Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, BNI Sekuritas, dan Phillip Sekuritas Indonesia.
Kemudian dari fintech ada 4 entitas, yaitu : Â PT. Star Mercato Capitale (Tanam Duit), PT.Bibit Tumbuh Bersama, PT Bareksa Portal Investasi dan PT.Nusantara Sejahtera Investama (Fundtastic).
https://www.djppr.kemenkeu.go.id/sbnritel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H