Di tengah hiruk pikuk politik elektabilitas yang kian memanas, Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR-Kemenkeu), secara resmi telah merilis jadwal penawaran Surat Berharga Negara (SBN) Ritel khusus bagi investor dan calon investor domestik di sepanjang tahun 2024 mendatang.
Seperti tahun-tahun sebelumnya seri SBN Ritel yang akan ditawarkan terdiri dari 2 jenis, SBN ritel konvensional dan berbasis syariah atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel yang dikenal juga dengan Sukuk ritel.
SBN ritel konvensional akan terdiri dari seri Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang memiliki karakteristik bisa diperdagangkan kembali (tradeable) di pasar sekunder dengan imbal hasil atau kupon bersifat tetap (flat rate), dan seri Savings Bond Ritel (SBR) dengan karakteristik utama tak bisa diperdagangkan kembali (non-tradeable) di pasar sekunder serta memiliki imbal hasil atau kupon bersifat mengambang dengan batas bawah atau floating with the floor.
Serupa dengan yang konvensional, SBN ritel berbasis syariah juga terdiri dari dua jenis, seri Sukuk Ritel(SR) yang memiliki karakteristik dapat diperdagangkan kembali di pasar sekunder dengan imbal hasil tetap.
Jenis Sukuk Tabungan (ST) yang memberikan imbal hasil floating with the floor alias mengambang dengan batas bawah, dan tidak bisa diperdagangkan kembali di pasar sekunder.
Mengutip keterangan dari situs resmi DJPPR-Kemenkeu, sebagai pembuka di tahun 2024 ini, Pemerintah akan menawarkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 025 yang Pemesanannya akan mulai digulirkan pada 29 Januari 2024 hingga ditutup 22 Februari 2024.
Kemudian, menyusul secara berturut-turut Sukuk Ritel seri SR020 yang penawarannya akan dibuka mulai 4 Maret 2024 sampai dengan 27 Maret 2024.
Lantas, Sukuk Tabungan seri ST012 akan dibuka penawarannya mulai 16 April 2024 hingga 29 Mei 2024.
Setelah dua jenis SBN ritel berbasis syariah ditawarkan berturut -turut, pada 10 Juni 2024 sampai dengan 4 juli 2024 Pemerintah akan menawarkan SBN ritel Konvensional seri SBR 013.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, dengan dua penawaran dua jenis SBN ritel yakni seri ST012 dan SBR013, Pemerintah membuka penawaran Cash Waqf Link Syariah (CWLS) ritel, seri SWR005 yang karakteristiknya agak berbeda karena imbal hasil yang diberikan ditujukan untuk wakaf, yang penawarannya dimulai dari 26 April 2024 hingga 17 Juli 2024.
Menyusul kemudian, SBSN ritel seri SR021 yang masa penawarannya dibuka mulai 23 Agustus 2024 sampai dengan 18 September 2024.
Seri ORI 026 kembali akan ditawarkan mulai 30 September 2024 hingga 24 Oktober 2024. Dan penerbitan SBN ritel terakhir untuk tahun 2024 akan ditutup dengan penawaran seri ST013 yang pemesanannya mulai bisa dilakukan pada 8 November 2024 sampai dengan 4 Desember 2024.
Namun harus diingat, jadwal penawaran SBN ritel tersebut masih bersifat tentatif, tapi dari pengalaman sebelumnya, meskipun berubah, waktunya tak terlalu jauh juga.
Dari seluruh penawaran SBN ritel pada 2024 tersebut Pemerintah, seperti diungkapkan Kemenkeu menargetkan realisasi pemesanannya mencapai kisaran antara Rp.100 triliun hingga Rp 160 triliun.
Adapun pada tahun 2023 yang baru lalu, berhasil meraih realisasi pemesanan sebesar Rp.147,2 triliun, melampaui target awal yang ditetapkan yakni sebesar Rp.130 triliun.
Hal ini membuktikan animo masyarakat untuk berinvestasi di instrumen keuangan fixed income yang diterbitkan Pemerintah Indonesia ini cukup besar.
Tak perlu heran juga hal itu bisa terjadi, SBN ritel itu "barang bagus" instrumen investasi layaknya safe heaven.
Aman karena dijamin oleh undang-undang, pokok dan imbal hasilnya pasti dibayarkan siapa pun pemerintahan dan presidennya.
Imbal hasilnya pun menarik, karena pasti di atas suku bunga acuan Bank Indonesia dan rata-rata suku bunga deposito di bank-bank besar Indonesia.
Apalagi, seperti disampaikan sejumlah analis sekuritas, tahun 2024 pasar obligasi nasional dan global diprediksi bakal lebih hype, mengingat momentum positif pasar keuangan dunia akan terus berlanjut, seturut dengan ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve alias The Fed.
Sebagaimana informasi yang telah tersebar luas, The Fed berencana akan memangkas setidaknya 3 kali suku bunga acuan pada tahun 2024. Saat ini suku bunga The Fed masih berada di posisi  5,25 persen - 5,5 persen.
Dengan penurunan suku bunga acuan The Fed ini, biasanya akan menekan besaran imbal Obligasi AS, dan mendorong aliran dana ke negara berkembang seperti Indonesia.
Selain itu, sentimen lain yang memengaruhi kondisi pasar obligasi adalah kondisi fiskal sebuah negara, dalam konteks Indonesia siruasi ekonominya masih cukup positif, meski ditengah hajatan politik lima tahunan.
Ekonomi Indonesia kini sudah cukup mature untuk tak terlalu terpengaruh gonjang-ganjing politik, sepanjang situasinya masih bisa terkontrol tak menjadi chaos misalnya.
So, intinya SBN ritel bakal lebih hype di tahun ini, meskipun masih tetap butuh usaha lebih agar masyarakat terliterasi pengetahuan keuangannya.
https://www.djppr.kemenkeu.go.id/sbnritel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H