"Politisi berkampanye dengan Puisi, Tapi Memerintah dengan Prosa"
Sekali lagi saya harus mengutip ucapan Presiden Amerika Serikat ke-35, John Fitzgerald Kennedy yang berkaitan dengan janji kampanye para politisi termasuk di dalamnya para pasangan calon presiden yang akan berkontestasi pada Pemilu 2024.
Menurut Roger E.M dan Storey J.D dalam bukunya yang berjudul "Communication Campaign. In Handbook of Communication Science" Kampanye adalah rangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
Sementara dalam konteks kampanye  yang berkaitan dengan kontestasi politik  menurut Undang-Undang nomor 07 tahun 2017 tentang Pemilu, kampanye merupakan kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi, program, dan/atau citra diri peserta pemilu.
Biasanya, berkaca pada beberapa kali penyelenggaraan Pemilu pasca reformasi  para politisi yang maju dalam kontestasi politik kerap memaparkan program kerja atau janji politik yang mereka ketahui tak akan mampu mereka tunaikan.
Mereka sibuk merangkai kata-kata indah bak puisi untuk meyakinkan masyarakat agar memilihnya, padahal sebagian dari kata-kata indah tadi tak bermakna lantaran pada akhirnya mereka tak akan mampu melaksanakan apa yang sudah mereka janjikan.
Hal terpenting bagi para politisi itu bagaimana caranya agar mereka bisa terpilih, bacot apapun bakal mereka jabani, tanpa melakukan kalkulasi matang terhadap kondisi yang ada.
Kita tahu dan tentunya sudah banyak mendengar, isu kampanye para politisi termasuk pasangan calon presiden bermain kebanyakan diseputar isu-isu ekonomi, karena disisi inilah rakyat bakal lebih aware dan merasakan dampak dari sebuah kebijakan.
Dan lucunya, terkadang para politisi termasuk para capres, akan menjanjikan sesuatu sesuai audiencenya, tanpa melihat ekosistem dan tarik menarik kepentingan di sektor tersebut.
Misalnya, ketika audiencenya para petani, mereka alan dijanjikan harga jual hasil pertanian tinggi dengan produksi berlimpah, dan ujungnya memastikan, kalau dirinya menjadi penguasa maka petani dijamin bakal sejahtera.
Di kesempatan lain, saat audiencenya pedagang dan masyarakat umum, para capres menjanjikan harga bahan kebutuhan pokok terutama hasil-hasil pertanian harga belinya bakal murah atau terjangkau oleh masyarakat.