Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Bijak Bersikap Saat Masa Kampanye Tiba, Politisi Akan Berkampanye dengan Puisi, Tapi Memerintah dengan Prosa

27 November 2023   10:02 Diperbarui: 27 November 2023   11:53 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapapun yang anda akan pilih dalam Pemilihan Presiden(Pilpres) 2024, pastikan gunakan akal sehat, saat mengekspresikannya agar tak terjebak pada situasi yang memecah belah.

Ini kan cuma hajatan 5 tahunan, yang reguler diadakan atas nama demokrasi, pasangan calon presiden yang akan dipilih tak akan langsung membuat seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara seketika membaik atau memburuk.

Mengutip pernyataan, Ekonom Senior yang juga Menteri Keuangan Indonesia di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, M. Chatib Basri,

 "Siapapun presidennya, setelah beberapa waktu berkuasa ia akan berlaku sebagai presiden normal, yang bersikap dan berlaku pragmatis untuk menjaga keseimbangan politik dan ekonominya"

Masa kampanye bakal diisi dengan suara-suara langit, seolah seluruh yang akan mereka kerjakan saat memerintah, ideal sesuai keinginan para pemilih.

Pada saat ia sudah memerintah, then reality bites, ia harus menghadapi kenyataan karena segala kebijakan ekonomi dan politiknya harus bergantung pada sumber daya yang ada.

Contohnya, semua presiden di Indonesia ketika belum berkuasa mengkritik pedas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak(BBM), tapi ketika mereka sudah berkuasa semuanya  menaikan harga BBM.

Jadi di masa kampanye besok, ceritanya pasti indah-indah, apapun lah itu. Tetapi pada saat sudah berkuasa cerita indah tadi, akan tertutup awan kenyataan, membuat mereka menjadi lebih rasional dan pragmatis.

Kondisi ini lah yang harus disadari masyarakat, "jangan berekspektasi berlebihan" percayalah, spektrum saat mereka sudah memerintah itu tak akan hitam putih seperti yang dikatakan saat kampanye, ketika sudah memerintah akan ada warna warni lain, karena itu lah kehidupan yang nyata.

Jadi ekspektasi terhadap Anies Baswedan, Prabowo Subianto, atau Ganjar Pranowo jangan terlalu tinggi, biasa saja lah. Sisakan ruang dalam diri kita untuk kecewa, lantaran berbagai kebijakan para capres tersebut jika terpilih tak akan selalu seturut dengan harapan kita.

Tak perlu menganggap "jagoan kita" bak manusia tanpa cacat nan sempurna untuk menjadi pemimpin negeri ini. Para capres itu cuma manusia biasa yang bisa berbuat salah atau benar, ketiganya bukan malaikat yang akan bertindak benar terus dan ketiganya juga bukan setan yang akan bertindak salah selamanya.

Siapapun yang terpilih nanti, Anies, Prabowo, atau Ganjar, at the end salah diantaranya akan menjadi pemimpin kita, Presiden Republik Indonesia, setidaknya untuk 5 tahun ke depan, dipilih atau tidak dipilih oleh kita.

Memang bisa, karena kita tak memilih pemenang pilpres, kita tak mengakui ia sebagai Presiden Indonesia, tidak bisa kan?

So, sikapi saja perhelatan politik lima tahunan itu biasa saja.

Saya kira itu lah sejatinya, yang ingin coba dsampaikan dari artikel ini. Hal ini perlu diingatkan, mengingat musim kampanye telah tiba, mulai 28 November 2023 besok hingga 75 hari ke depan.

Selain itu, hal lain yang harus diwaspadai saat masa kampanye tiba adalah derasnya arus disinformasi di berbagai platform media sosial.

Sejak era digital, tak hanya di Indonesia tapi di seluruh belahan dunia, Pemilu telah menjadi perhelatan politik yang rentan terpapar penyebaran disinformasi dan berita palsu.

Berbagai penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu antara tahun 2015-2020 menemukan bahwa jumlah disinformasi paling banyak yang berkaitan dengan peristiwa politik yang terjadi di Indonesia, kurvanya cenderung menunjukan kenaikan menjelang tahun politik.

Hal tersebut, menyeret masyarakat pada situasi yang lebih rumit, kita dipaksa menjadi lebih tanggap dan kritis. Kita semua sebaiknya mulai membiasakan diri untuk bersikap lebih "skeptis"terhadap informasi yang kita dapat, agar kemudian kita bisa meresponnya dengan melakukan perbandingan dengan sumber lain atau melakukan verifikasi pada sumber lain yang terpercaya.

Sebisa mungkin hindari pengecekan fakta dengan bertanya kepada teman atau keluarga, lantaran mereka belum tentu memiliki kapabilitas dalam mengidentifikasi disinformasi.

Lebih baik, gunakan lembaga cek fakta resmi dan kredibel untuk melakukan verifikasi informasi.

Kita sebaiknya memahami juga, dalam sebuah peristiwa politik seperti pemilu, berbagai kelompok dan individu memiliki preferensi yang berbeda-beda yang terkadang menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan termasuk dengan menyebarkan disinfornasi yang pada akhirnya dapat menimbulkan perpecahan bahkan konflik di tengah masyarakat.

Nah, agar perhelatan politik tercipta tanpa pembelahan dan berlangsung harmonis, masyarakat, ya kita-kita ini, perlu "memainkan" permainan politik dengan kebijaksanaan, tak berpikir "pokoknya harus si A yang jadi presiden" terus menutup mata pada informasi yang berbeda, ciptakan ruang dialog bukan hanya dengan pihak lain tapi juga dengan diri sendiri. 

Bersiap tak hanya untuk sebuah kemenangan, tetapi juga sebuah kekalahan. Kampanye merupakan bagian dari proses politik yang harus dilalui, sikapi dengan logis dan nalar saja lah.

Mengutip ungkapan terkenal dari Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy,

"Politisi itu akan berkampanye dengan Puisi, tapi mereka akan memerintah dengan Prosa"

Lagipula ini kan peristiwa politik biasa saja, tidak akan kiamat kok kalau jagoan kita tak menang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun