Citigroup Inc, salah satu grup perusahaan financial terbesar di dunia, saat ini tengah berjuang keras membuat diri mereka tetap relevan sebagai salah satu perusahaan keuangan terbaik di dunia.
Setelah Citigroup resmi melepaskan bisnis consumer banking-nya di Indonesia  kepada Bank UOB, pada Jumat (17/11/2023) akhir pekan lalu.
Citigroup Inc atau dikenal dengan sebutan Citi, mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karyawannya secara bertahap sejak Senin (20/11/2023) kemarin.
Mengutip Bloomberg, PHK ini merupakan bagian dari reorganisasi besar-besaran di perusahaan keuangan skala raksasa asal Amerika Serikat tersebut.
Meskipun demikian, belum diketahui  pasti divisi mana dan berapa jumlah karyawan Citi yang akan terkena PHK.
Para karyawannya  kini sedang berharap-harap cemas tentang skala PHK di grup perusahaan keuangan yang memiliki karyawan sebanyak 240 ribu orang tersebut.
Namun yang jelas pemangkasan karyawan Citi tersebut diharapkan akan berakhir pada Kuartal I tahun 2024 mendatang.
Mengutip Financial Times, rencana PHK massal di raksasa keuangan dunia itu sudah diumumkan langsung oleh Chief Excecutife Officer(CEO) Citigroup, Jane Fraser bulan lalu.
Saat itu, dengan alasan overhaul struktur perusahaan, ia mengumumkan akan ada pengurangan lapisan manajemen dari 13 menjadi tinggal 8 layer saja.
Di dua level kepemimpinan teratas, Citi akan memangkas 15 persen peran fungsional serta akan mengurangi 60 komite.
Kebijakan PHK tersebut merupakan bagian dari proses restrukturisasi global Citi yang disebut sebagai Proyek Bora-Bora.Â
Mengutip wawancara CEO CitiGroup, Jane Fraser di channel Youtube CNBC Television, bulan lalu, Fraser menyiratkan bahwa Citi kini tak akan lagi menjadi "supermarket" di industri keuangan seperti sebelumnya, yang melayani 50 hingga 60 jenis transaksi keuangan yang berbeda, mulai dari hedge fund, private equity, asuransi hingga tabungan di bisnis consumer banking.
Kini mereka fokus pada 5 bisnis utama yang operasional day to day-nya akan langsung dilaporkan pada Fraser. Ke-5 bisnis utama Citigroup itu adalah Services, Trading, Banking, Wealth, dan US Personal Banking.
Reorganisasi ini sebenarnya sudah mulai dipersiapkan manajemen Citi sejak beberapa tahun lalu, oleh sebab itu mereka secara bertahap mulai melepas bisnis-bisnis yang kurang kompatibel dengan arah reorganisasi Citi, seperti yang terjadi di Indonesia dengan melepas bisnis consumer banking-nya.
Hal yang sama, sebelumnyanya terjadi juga di Malaysia dan Thailand, bisnis Consumer Banking Citibank di kedua negara Asean itu sudah dilepas kepada UOB Bank pada November 2022 tahun lalu, sementara di Vietnam pelepasannya dilakukan Maret 2023 lalu.
Jadi seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi di Citigroup saat ini, memang sudah dirancang sedemikian rupa, dengan sangat detil.
Harapannya, dengan reorganisasi besar-besaran ini, akan mampu mewujudkan strategi Citi menjadi mitra perbankan terkemuka bagi institusi dengan kebutuhan lintas negara.
Sehingga pada akhirnya mampu membawa perusahaan menjadi lebih profitable dan bisa mengerek harga saham mereka yang belakangan terus menurun.
That's pure capitalsm... tak bisa dibantah lagi, profitability dan naiknya harga saham menjadi tujuan utama sebuah perusahaan didirikan dan dikelola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H