Mengutip wawancara CEO CitiGroup, Jane Fraser di channel Youtube CNBC Television, bulan lalu, Fraser menyiratkan bahwa Citi kini tak akan lagi menjadi "supermarket" di industri keuangan seperti sebelumnya, yang melayani 50 hingga 60 jenis transaksi keuangan yang berbeda, mulai dari hedge fund, private equity, asuransi hingga tabungan di bisnis consumer banking.
Kini mereka fokus pada 5 bisnis utama yang operasional day to day-nya akan langsung dilaporkan pada Fraser. Ke-5 bisnis utama Citigroup itu adalah Services, Trading, Banking, Wealth, dan US Personal Banking.
Reorganisasi ini sebenarnya sudah mulai dipersiapkan manajemen Citi sejak beberapa tahun lalu, oleh sebab itu mereka secara bertahap mulai melepas bisnis-bisnis yang kurang kompatibel dengan arah reorganisasi Citi, seperti yang terjadi di Indonesia dengan melepas bisnis consumer banking-nya.
Hal yang sama, sebelumnyanya terjadi juga di Malaysia dan Thailand, bisnis Consumer Banking Citibank di kedua negara Asean itu sudah dilepas kepada UOB Bank pada November 2022 tahun lalu, sementara di Vietnam pelepasannya dilakukan Maret 2023 lalu.
Jadi seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi di Citigroup saat ini, memang sudah dirancang sedemikian rupa, dengan sangat detil.
Harapannya, dengan reorganisasi besar-besaran ini, akan mampu mewujudkan strategi Citi menjadi mitra perbankan terkemuka bagi institusi dengan kebutuhan lintas negara.
Sehingga pada akhirnya mampu membawa perusahaan menjadi lebih profitable dan bisa mengerek harga saham mereka yang belakangan terus menurun.
That's pure capitalsm... tak bisa dibantah lagi, profitability dan naiknya harga saham menjadi tujuan utama sebuah perusahaan didirikan dan dikelola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H