Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menuju Pemecahan Rekor, Tersisa 16 Hari, Pemesanan ST011 Tembus Rp.10 T

20 November 2023   12:16 Diperbarui: 20 November 2023   17:39 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa penawaran Surat Berharga Syariah Negara(SBSN) Ritel berwawasan hijau, sub seri Sukuk Tabungan ST011 masih tersisa sekitar 16 hari ke depan, sebelum di tutup pada 6 Desember 2023, tapi jumlah pemesanannya hingga Senin (19/11/2023) pagi ini Pukul 08.29, mengutip data dari salah satu mitra distribusi Investree, sudah menembus angka Rp. 10 triliun, tepatnya Rp.10.373.919.000.000

Dengan perincian, ST011 T2 berimbal hasil 6,3 persen per tahun dengan masa jatuh tempo 2 tahun dipesan sebesar Rp.7.032.345.000.000.

Sementara, ST011 T4 yang memiliki tenor 4 tahun dengan imbal hasil 6,5 persen per tahun, pemesanannya mencapai Rp.3.341.574.000.000.

Angka tersebut sepertinya akan terus bergerak lebih kencang menuju pemecahkan rekor pemesanan SBN ritel berbasis syariah seri Sukuk Tabungan berkategori Green Sukuk, selama ini, yang sebesar Rp.15 triliun saat ST 010 ditawarkan pada awal Juni 2023 lalu.

Perkembangan Seri Sukuk Tabungan 

Secara keseluruhan, seri Sukuk Tabungan sudah diterbitkan sebanyak 11 seri, sejak pertama ditawarkan pada tahun 2016 dengan seri ST001.

Saat itu, jumlah pemesanannya masih relatif kecil, mengutip data dari Kementerian Keuangan, pemesanan ST001 hanya mencapai Rp.2,53 triliun.

Namun harus diingat, pada saat itu penawaran instrumen keuangan berbasis syariah ini masih dilakukan secara offline, melalui agen penjual yang mayoritas terdiri dari bank dan  beberapa perusahaan sekuritas.

Kemudian, upaya promosi atau pengenalan produknya pun masih terbatas, tak semasif seperti saat ini. Sehingga hype di tengah masyarakat terkait instrumen investasi khusus peroraangan domestik ini masih belum terbentuk.

SBN ritel masih menjadi barang asing bagi masyarakat bahkan mungkin bagi sebagian besar peminat investasi portofolio di Indonesia.

Padahal instrumen investasi SBN ritel ini  adalah "barang bagus," karena keamanannya setara dengan deposito, pokok dan imbal hasilnya pasti dibayarkan, lantaran di jamin dua undang-undang sekaligus.

Besaran imbal hasilnya di atas suku bunga rata-rata deposito di bank-bank besar Indonesia, apalagi karakteristik lain dari Sukuk Tabungan itu, imbal hasilnya floating with the floor atau mengambang dengan batas bawah yang memungkinan imbal hasil yang ditawarkan masih berpotensi naik tapi mustahil turun.

Sayangnya, kondisi "barang bagus" tersebut belum tersampaikan dengan sepantasnya kepada masyarakat, akibatnya animo masyarakat terhadap instrumen investasi Sukuk Tabungan dan SBN ritel lainnya, saat itu masih rendah.

Ditambah lagi sistem transaksinya pun masih offline, sehingga dianggap masih belum flexible dan sedikit merepotkan.

Sepertinya kondisi ini disadari betul oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan(DJPPR-Kemenkeu), selaku pelaksana penerbitan dan pengelolaan SBN Ritel, perlahan tapi penuh determinasi mereka mengubah sistem transaksinya menjadi online menggunakan sistem e-SBN, dan cara memasarkan "produknya" pun diperbaiki menjadi lebih tersampaikan, massal tapi tetap efektif.

Untuk kembali menerbitkan Sukuk Tabungan Pemerintah membutuhkan waktu 2 tahun, setelah melakukan pembenahan sistem penjualan dari offline menjadi online, seri ST002 ditawarkan pada tahun 2018, dengan minimal investasi Rp. 1 juta, turun dIbandingkan batasan investasi terendah ST001 yang sebesar Rp.2 juta.

Upaya perbaikan sistem ini menunjukan hasil, meskipun "pemasaran produknya" masih belum terlalu oke, bisa disebut hanya mengandalkan penyampaian informasi dari mulut ke mulut saja.

Jumlah pemesanan seri Sukuk Tabungan ST002 melonjak dua kali lipat dibandingkan ST001, menjadi Rp. 4,95 triliun.

Setelah itu, seiring dengan bertambahnya pengenalan masyarakat terhadap produk investasi dan inovasi produk yang terus dilakukan DJPPR-Kemenkeu beserta pemangku kepentingan lainnya, keberadaan seri Sukuk Tabungan dan seri SBN ritel lainnya, seperti seri Obligasi Ritel Indonesia(ORI), Saving Bonds Ritel, dan Sukuk Ritel(SR) mulai diketahui dan diterima masyarakat.

Jumlah investor mulai menunjukan grafik kenaikan yang cukup signifikan seiring dengan kenaikan nilai pemesanan, setiap penerbitan SBN ritel selalu diimbuhi dengan pertumbuhan investor baru.

Menurut data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia(KSEI), jumlah investor SBN ritel hingga Juli 2023 mencapai 929 ribu inveator, naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2020.

Namun demikian, bukan berarti setelah itu perjalanannya menjadi lebih mudah, dan grafik jumlah pemesanan seri Sukuk Tabungan tak bisa naik terus menerus secara konstan, karena ada sejumlah faktor lain yang memengaruhi, antara lain volume kuota nasional yang ditetapkan Kemenkeu, nilai imbal hasil yang ditawarkan serta situasi keuangan domestik maupun global.

Pada penawaran ST003 Februari 2020, nilai pemesanannya turun menjadi Rp. 3,12 triliun, dibanding nilai pemesanan ST002.

Begitu pun dengan nilai pemesanan ST004 yang diterbitkan pada Agustus 2019 , hanya berada di angka Rp.2,63 triliun. ST005 nilai pemesanannya lebih kecil lagi hanya sebesar Rp.1,9 triliun.

Begitu pun saat penawaran ST006 yang ditawarkan pada November 2019 dan sudah mulai masuk dalam kategori instrumen investasi berwawasan hijau atau green sukuk, nilai pemesanannya terpaku di nominal Rp. 1,45 triliun, terendah sepanjang sejarah penerbitan seri Sukuk Tabungan selama ini

Namun, di sinilah titik baliknya, penawaran ST007 pada November 2020 nilai pemesanannya mencapai Rp.5,42 triliun, naik tiga kali lipat dibandingkan nilai pemesanan ST006 dan saar itu menjadi rekor pemesanan tertinggi seri Sukuk Tabungan.

Begitu pun saat penawaran ST008 dibuka pada November 2021, nilai pemesanannya mencapau 100 persen kuota nasional yang ditetapkan Pemerintah yang sebesar Rp.5 triliun.

Yang fenomenal terjadi pada penawaran ST009 pada bulan November 2022, kuota nasional yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp.10 triliun ludes sangat cepat sebelum masa penawarannya berakhir, bahkan untuk mendapatkan green sukuk seri ST009 tersebut sangat susah, hingga para investor harus "berperang".

Nilai pemesanan mencapai Rp.10 triliun dan menjadi rekor nilai pemesanan tertinggi untuk seri Sukuk Tabungan, sepanjang sejarah.

Namun, rekor ini tak bertahan lama dalam penerbitan selanjutnya yakni ST010, nilai pemesanannya mencapai Rp. 15 triliun.

Apakah angka ini akan bisa dilewati oleh nilai pemesanan sub seri ST011, mengingat waktu yang tersisa relatif masih panjang dan animo masyarakat terhadap ST011 terlihat terus bereskalasi, kemungkinan nominal Rp. 15 triliun bisa ditembus sebelum masa penawaran berakhir.

Seluruh capaian ini, tak diraih dengan mudah, ada upaya yang cukup keras dilakukan oleh para pihak yang terlibat, terutama dalam hal sosialisasi kepada masyarakat.

SBN ritel bukan hanya perkara imbal hasil semata, SBN ritel adalah tentang kemandirian dalam membiayai pembangunan bangsa, yang efeknya bakal dirasakan semua kalangan rakyat Indonesia.

https://www.djppr.kemenkeu.go.id/sbnritel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun