Sayangnya, kondisi "barang bagus" tersebut belum tersampaikan dengan sepantasnya kepada masyarakat, akibatnya animo masyarakat terhadap instrumen investasi Sukuk Tabungan dan SBN ritel lainnya, saat itu masih rendah.
Ditambah lagi sistem transaksinya pun masih offline, sehingga dianggap masih belum flexible dan sedikit merepotkan.
Sepertinya kondisi ini disadari betul oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan(DJPPR-Kemenkeu), selaku pelaksana penerbitan dan pengelolaan SBN Ritel, perlahan tapi penuh determinasi mereka mengubah sistem transaksinya menjadi online menggunakan sistem e-SBN, dan cara memasarkan "produknya" pun diperbaiki menjadi lebih tersampaikan, massal tapi tetap efektif.
Untuk kembali menerbitkan Sukuk Tabungan Pemerintah membutuhkan waktu 2 tahun, setelah melakukan pembenahan sistem penjualan dari offline menjadi online, seri ST002 ditawarkan pada tahun 2018, dengan minimal investasi Rp. 1 juta, turun dIbandingkan batasan investasi terendah ST001 yang sebesar Rp.2 juta.
Upaya perbaikan sistem ini menunjukan hasil, meskipun "pemasaran produknya" masih belum terlalu oke, bisa disebut hanya mengandalkan penyampaian informasi dari mulut ke mulut saja.
Jumlah pemesanan seri Sukuk Tabungan ST002 melonjak dua kali lipat dibandingkan ST001, menjadi Rp. 4,95 triliun.
Setelah itu, seiring dengan bertambahnya pengenalan masyarakat terhadap produk investasi dan inovasi produk yang terus dilakukan DJPPR-Kemenkeu beserta pemangku kepentingan lainnya, keberadaan seri Sukuk Tabungan dan seri SBN ritel lainnya, seperti seri Obligasi Ritel Indonesia(ORI), Saving Bonds Ritel, dan Sukuk Ritel(SR) mulai diketahui dan diterima masyarakat.
Jumlah investor mulai menunjukan grafik kenaikan yang cukup signifikan seiring dengan kenaikan nilai pemesanan, setiap penerbitan SBN ritel selalu diimbuhi dengan pertumbuhan investor baru.
Menurut data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia(KSEI), jumlah investor SBN ritel hingga Juli 2023 mencapai 929 ribu inveator, naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2020.
Namun demikian, bukan berarti setelah itu perjalanannya menjadi lebih mudah, dan grafik jumlah pemesanan seri Sukuk Tabungan tak bisa naik terus menerus secara konstan, karena ada sejumlah faktor lain yang memengaruhi, antara lain volume kuota nasional yang ditetapkan Kemenkeu, nilai imbal hasil yang ditawarkan serta situasi keuangan domestik maupun global.
Pada penawaran ST003 Februari 2020, nilai pemesanannya turun menjadi Rp. 3,12 triliun, dibanding nilai pemesanan ST002.