Namun, apakah kuota SR019 sudah pasti bakal ditambah oleh Pemerintah jika habis di tengah jalan, ya belum tentu juga, mengingat surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) seperti dilansir Kemenkeu dalam APBNKita edisi Agustus terus menunjukan penguatan, hingga Juli 2023 angka surplusnya mencapai Rp.153,5 triliun.
Seperti kita tahu, hasil dari penawaran instrumen keuangan SBN dan SBSN ritel ini digunakan untuk menambal defisit APBN.
Logika sederhananya, jika defisit terus menyusut untuk apa juga jor-joran menarik utang. Â SR019 itu seperti halnya SBN atau SBSN ritel lainnya diterbitkan salah satunya lantaran ada kebutuhan untuk itu.
Tak mengherankan juga sih, investor sangat kencang meminati instrumen investasi seperti SR019 ini.
Wong instrumen keuangan fixed income ini, tak ada lawan di pasar investasi portofolio  domestik sejenis.
SR019 yang memiliki karakteristik berimbal hasil tetap (fixed rate) hingga masa jatuh temponya tiba dan bisa diperdagangkan kembali antar investor domestik ini, memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi lantaran kepastian pembayaran pokok dan imbal hasilnya dijamin 2 undang-undang sekaligus, artinya tak akan ada cerita default atau gagal bayar sama sekali.
Coba ingat-ingat kapan Pemerintah Indonesia pernah gagal bayar, tidak pernah.
Imbal hasilnya sangat menarik, di atas rata-rata suku bunga deposito bank-bank besar di Indonesia, baik yang konvensional apalagi yang berbasis syariah.
Tarif pajak imbal hasilnya pun murah hanya 10 persen jika dibandingkan deposito yang pajak bunga deposito yang sebesar 20 persen.
Risiko pasarnya pun relatif sangat mudah di mitigasi. Belum lagi pembayaran imbal hasilnya yang dilakukan setiap bulan, sehingga memudahkan pengaturan cash flow investor.
Transaksinya sangat mudah dilakukan, karena berbasis teknologi digital alias daring, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.