Salah-salah akan membuat ikatan koalisi yang sudah terjalin bisa bubar ditengah jalan seperti Koalisi Indonesia Baru.
Di sisi lain, bagi PDIP dan bacapresnya Ganjara Pranowo sendiri bergabungnya Golkar dan PAN Â ke Prabowo akan membuat mereka sedikit "kesepian"
Saat ini sekondan PDIP dalam mengusung Ganjar hanya 1 partai parlemen paling mini, PPP, dan dua partai non-parlemen Partai Hanura dan Partai Perindo.
Meskipun begitu bukan berarti PDIP Cs  harus jeri, terhadap KKIR dengan koalisi yang sizenya lebih besar itu, karena tak ada jaminan juga KKIR dan Prabowo pasti menang Pilpres 2024.
Khusus bagi PDIP, mungkin ada pelajaran yang bisa dipetik dari situasi terkini, jangan terlalu jumawa, itu saja.
Mengurus negara sebesar Indonesia ini, tak bisa sendirian, harus ada kerendahan hati untuk merangkul siapa pun yang kecil apalagi yang besar.
Tak bisa juga berkoar-koar mengeluarkan statement bahwa siapapun capres yang mereka usung adalah "petugas partai"
Walaupun secara diksi tak ada yang salah, karena ditugaskan oleh partai maka capres tersebut adalah petugas partai.
Tapi konotasinya menjadi negatif apabila dimaknai secara umum, masyarakat atau paling tidak saya bisa berpendapat, Ganjar Pranowo kelak bila dijodohkan menjadi Presiden ke-8 akan lebih berpihak kepada partainya, dibandingkan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Saya sih menenggarai ada persoalan komunikasi di PDIP yang harus diperbaiki, antar partai politik maupun kepada masyarakat pemilih.
Oleh sebab itu secara pribadi, meskipun secara gaya dan personal saya merasa lebih cocok memilih Ganjar, tapi lantaran dibelakangnya ada PDIP dengan segala gayanya itu, saya harus mengkalkulasi ulang pilihan saya di Pilpres 2024, meskipun belum pasti juga memilih Prabowo.