Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Potensi Hadiah Uang Anthony Ginting, dan Perbandingan Prize Money Antara Bulutangkis dengan Tenis

18 Juni 2023   11:59 Diperbarui: 18 Juni 2023   12:33 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hadapan orang nomor 1 di Negeri ini, Presiden Jokowi, Tunggal Putra Indonesia Anthony Sinisuka Ginting, di Istora Senayan pada Sabtu (17/06/2023) tadi malam berhasil menekuk  pebulutangkis asal China, Li Shi Feng di semi final Turnamen Bulu Tangkis Indonesia Open Super 1.000, dengan straight set 21-17 21-15 dalam waktu 50 menit.

Kemenangan pebulutangkis peringkat ke-2 dunia ini, sekaligus membawa dirinya menjadi satu-satunya wakil Indonesia di babak final turnamen bulutangkis berhadiah total 1.250.000 dollar Amerika Serikat atau setara Rp. 18,7 miliar tersebut.

Di babak final yang akan berlangsung Minggu 18 Juni 2023 siang ini, Ginting bakal berhadapan dengan "monters of the Badminton man single" pemilik singgasana peringkat 1 dunia, Victor Axelson asal Dwnmark, yang di pertandingan semifinal sebelumnya berhasil melewati hadangan tunggal putra India, Prannoy HS 21-15 21-15.

Bagi Ginting, ini merupakan prestasi terbaiknya di Indonesia open sejak pertama berpartisipasi di tahun 2015 lalu, sebelumnya prestasi terbaiknya hanya sampai babak perempar final, seperti yang dicapainya tahun lalu, sstelah dikalahkan calon lawannya di final Indonesia Open 2023.

Andai Ginting menang di final dan menjadi juara Indonesia Open 2023, ia akan mengantongi hadiah uang sebesar 87.500 Dolar AS atau setara dengan Rp. 1,3 miliar.

Turnamen Indonesia Open Super 1.000 , merupakan salah satu dari 5 Turnamen kategori bintang 5 dengan prize money terbesar di bulutangkis dunia.

Mengutip situs Federasi Badminton Dunia (BWF), turnamen badminton lain dalam kategori ini adalah Malaysia Open, China Open, All England dan BWF World Tour Final yang tahun ini akan diselenggarakan di Guangzhao China.

Seluruh turnamen bulutangkis super 1.000 berhadiah total 1.25 juta dollar AS, kecuali BWF World Tour Final yang berhadiah total 2 juta dolar AS atau Rp 29,88 miliar.

Hadiah uang turnamen bulutangkis kasta tertinggi memang cukup besar, tapi jangan bandingkan dengan hadiah uang dalam turnamen tenis kategori tertinggi yang biasa disebut Grand Slam.

Wimbledon misalnya yang merupakan salah satu kejuaraan tenis dalam kategori Grand Slam, tahun 2023 ini menyediakan hadiah total 25 kali lipat lebih besar dibandingkan BWF World Tour final, turnamen badminton dengan hadiah tertinggi.

Mengutip CNN, total hadiah uang turnamen Grand Slam  Wimbledon tahun 2023 mencapai 56,6 juta dolar AS, juara tunggal putra dan putri akan memperoleh hadiah uang sebesar 3 juta dolar AS atau Rp. 44,7 miliar dan 1,5 juta Dolar AS atau Rp 22,35 miliar untuk runner-upnya.

Bahkan, hadiah uang untuk petenis yang prestasinya hanya sampai babak pertama saja akan mendapat hadiah uang sebesar 70.00 nyaris setara dengan yang diberikan kepada juara Indonesia  Opem 2023.

Kisaran hadiah uang hampir serupa juga ditawarkan pada Turnamen Tenis Grand Slam lain, yakni Australian Open yang tahun 2023 ini hadiah uang-nya mencapai 51,6 juta Dolar AS, French Open, pada 2023 hadiah uangnya sebesar 49,6 juta Euro.

Dan Turnamen Tenis Grand Slam penutup, US Open memberikan hadiah uang terbesar, 60,1 juta dolar atau senilai Rp. 890 miliar.

Pertanyaannya, mengapa hadiah uang rangkaian turnamen tenis jauh lebih besar dibandingkan turnamen-turnamen bulutangkis?

Tenis, olahraga yang pertama kali dimainkan tahun 1860-an ini memang popularitasnya jauh di atas bulutangkis dan penyebarannya lebih merata ke seluruh dunia.

Di Asia saja, yang merupakan episentrum perkembangan bulutangkis dunia, penyebarannya terkonsentrasi di wilayah tinur dan tenggara serta sebagian kecil daerah barat.

Di Eropa, negara yang akrab dengan bulutangkis hanya Inggris, Denmark, belakangan menyusul Jerman, Rusia, dan Spanyol.

Amerika jangan tanya lah, disana bulutangkis dianggap sebagai olahraga rekreasi semata, hanya segelintir orang saja yang memaknai bulutangkis sebagai olahraga prestasi yang bisa menghasilkan uang untuk penghidupannya.

Berbeda dengan tenis, yang episentrum perkembangannya berada di kawasan Eropa dan Amerika yang memiliki kekuatan dalam menyebarkan sesuatu lebih mumpuni.

Mulai dari sekolah-sekolah tenis terutama di era 90-an hingga 2000-an yang bermunculan bak jamur dimusim penghujan di kawasan Eropa dan Amerika, yang pesertanya datang dari seluruh kawasan di dunia.

Dan segmen yang disasar tenis pun cenderung mengarah ke menengah atas atau bisa disebut sebagai olahrga milik kelompok "the have," kaum elit.

Walaupun menurur pengamatan saya, tenis bisa lebih populer karena exposure media-media barat lebih tinggi dibandingkan bulutangkis, lantaran popularitasnya memang lebih tinggi di Barat.

Hal ini juga berkaitan dengan raihan prestasi yang ditorehkan, para juara tenis hampir seluruhnya berasal dari negara-negara Barat dalam hal ini benua Eropa dan Amerika yang secara ekonomi relatif lebih maju

Sementara bulutangkis di dominasi oleh negara-negara di kawasan Asia yang secara ekonomi rata-rata dikategorikan ke dalam negara berkembang.

Jadi ada semacam perbedaan kelas antar dua entitas olahraga tersebut, kasarnya Tenis dianggap sebagai olahraga kaum elit sementara bulutangkis merupakan olahraga kaum proletar atau maayarakat kebanyakan.

Oleh sebab itu, turnamen- turnamen tenis yang masuk dalam kalender WTA Tours atau ATP Tours hampir selalu disponsori perusahaan-perusahaan besar asal barat yang memiliki segmen kelas atas, misalnya Rolex, Emirates, Perusahaan pembayaran semacam American Express, Mastercard, atau invesment banking company semacam Morgan Stanley dan BNP Paribas.

Selain dari sisi sosiologis dan praksis,  secara organisasi pun olahraga tenis jauh lebih rapi, maju dan tertata dibandingkan bulutangkis, meskipun dalam beberapa tahun belakangan BWF terlihat lebih maju dalam mengelola bulutangkis dunia, meskipun belum bisa disetarakan dengan organisasi tenis dunia terutama dalam hal pengelolaan turnamen.

Bayangkan dalam sepekan bisa ada 4 atau 5 rangkaian turnamen tenis resmi dalam kelas yang berbeda-beda.

Sehingga pemain-pemain tenis bisa memilih turnamen mana yang layak ia ikuti sesuai peringkatnya.

Sementara turnamen bulutangkis resmi BWF umumnya hanya satu kali dalam sepekan.

Dengan fakta-fakta di atas, makanya tak heran jika hadiah uang yang ditawarkan pada turnamen tenis dan badminton terkhusus turnamen lapisan teratasnya bak bumi dan langit.

Andai Anthony Ginting Juara Indonesia Open 2023 yang notebene-nya bisa disebut sebagai turnamen Grand Slam-nya bulutangkis hadiah uang yang bakal di raihnya hanya 87.500 dolar AS, lebih kecil dibandingkan petenis yang gugur di babak kedua Wimbledon yang hadiah uangnya sebesar 93.200 dolar AS.

Bahkan Juara tunggal putra Wimbledon 2023 prize money-nya 50 persen lebih besar dibandingkan total hadiah uang dari sebuah turnamen bulutangkis paling top, BWF World Tour Final.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun