Bahkan, hadiah uang untuk petenis yang prestasinya hanya sampai babak pertama saja akan mendapat hadiah uang sebesar 70.00 nyaris setara dengan yang diberikan kepada juara Indonesia  Opem 2023.
Kisaran hadiah uang hampir serupa juga ditawarkan pada Turnamen Tenis Grand Slam lain, yakni Australian Open yang tahun 2023 ini hadiah uang-nya mencapai 51,6 juta Dolar AS, French Open, pada 2023 hadiah uangnya sebesar 49,6 juta Euro.
Dan Turnamen Tenis Grand Slam penutup, US Open memberikan hadiah uang terbesar, 60,1 juta dolar atau senilai Rp. 890 miliar.
Pertanyaannya, mengapa hadiah uang rangkaian turnamen tenis jauh lebih besar dibandingkan turnamen-turnamen bulutangkis?
Tenis, olahraga yang pertama kali dimainkan tahun 1860-an ini memang popularitasnya jauh di atas bulutangkis dan penyebarannya lebih merata ke seluruh dunia.
Di Asia saja, yang merupakan episentrum perkembangan bulutangkis dunia, penyebarannya terkonsentrasi di wilayah tinur dan tenggara serta sebagian kecil daerah barat.
Di Eropa, negara yang akrab dengan bulutangkis hanya Inggris, Denmark, belakangan menyusul Jerman, Rusia, dan Spanyol.
Amerika jangan tanya lah, disana bulutangkis dianggap sebagai olahraga rekreasi semata, hanya segelintir orang saja yang memaknai bulutangkis sebagai olahraga prestasi yang bisa menghasilkan uang untuk penghidupannya.
Berbeda dengan tenis, yang episentrum perkembangannya berada di kawasan Eropa dan Amerika yang memiliki kekuatan dalam menyebarkan sesuatu lebih mumpuni.
Mulai dari sekolah-sekolah tenis terutama di era 90-an hingga 2000-an yang bermunculan bak jamur dimusim penghujan di kawasan Eropa dan Amerika, yang pesertanya datang dari seluruh kawasan di dunia.
Dan segmen yang disasar tenis pun cenderung mengarah ke menengah atas atau bisa disebut sebagai olahrga milik kelompok "the have," kaum elit.