Negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam traktat regional bernama ASEAN telah bersepakat untuk meninggalkan atau paling tidak mengurangi ketergantungan terhadap Dollar Amerika Serikat dalam transaksi pembayaran lintas batas.
Sebagai Ketua ASEAN tahun 2023, Indonesia terus mendorong penguatan mata uang lokal dalam transaksi pembayaran antar negara-negara di kawasan ASEAN.
Meskipun demikian,melansir Kompas.Com, menurut Kepala Pusat Kepala Kebijakan Regional & Bilateral Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF-Kemenkeu), Nella Sri Hendriyetty, ASEAN belum akan membentuk mata uang tunggal seperti Euro untuk kawasan Uni-Eropa.
Salah satu alasannya, lantaran masih tingginya disparitas atau ketimpangan pendapatan per kapita antar satu negara dengan yang lainnya.
Oleh sebab itu, untuk implementasinya, penguatan pemanfaatan mata uang lokal akan dilakukan melalui kerja sama bilateral antar negara ASEAN yang disebut local guarantee settlement untuk transaksi cross border, dengan memanfaatkan teknologi digital.
Sebenarnya bukan hanya ASEAN yang mencoba meninggalkan US Dollar sebagai mata uang dalam transaksi internasionalnya, Langkah yang biasanya disebut "De-Dolarisasi" ini juga tengah disiapkan oleh negara-negara yang bergabung dalam Aliansi BRICS, yang merupakan gabungan 5 negara yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Nantinya mereka akan memiliki mata uang sendiri, yang konon katanya rencana tersebut akan dimatangkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang akan berlangsung pada bulan Agustus 2023 ini.
Selain itu, secara bilateral beberapa negara termasuk Indonesia memiliki kesepakatan De-dolarisasi untuk setiap transaksi perdagangan dan investasinya.
Indonesia telah bersepakat dengan Jepang, Malaysia, Thailand, China , dan terakhir Korea Selatan  untuk meninggalkan dollar dalam setiap transaksi perdagangan yang dilakukan antar mereka.
Jadi dalam setiap transaksi Indonesia dengan Jepang misalnya, mata uang yang digunakan adalah Rupiah dan Yen, yang dikonversikan langsung.
Selain Indonesia, Brasil dan China pun melakukan hal yang sama, transaksi perdagangan mereka hanya menggunakan Yuan China dan Real Brasil tanpa melibatkan US Dollar.