Dengan melakukan hal tersebut, artinya secara matematis Anies hanya memperebutkan 42 persen ceruk pasar yang selama ini bukan merupakan pemilih Jokowi.
Andai Anies Baswedan dan para partai pendukungnya bersama tim horenya mampu meraih seluruh 42 persen ceruk pasar itu, belum tentu juga ia bisa memenangkan Pilpres 2024.
Apalagi faktanya, ceruk pasar itu harus diperebutkan dengan Prabowo Subianto yang hingga kini sudah dipastikan bakal maju sebagai bacapres dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Jika pendekatan para pendukung Anies tersebut tak berubah, ya saya kira agak sulit bagi Anies untuk memenangi Pilpres 2024, meskipun dengan jargon "perubahan"
Merubah sebuah tatanan seperti program kerja dan kebijakan sebuah rezim Pemeritahan, bukan berarti menjelek-jelekan program dan kebijakan yang dilakukan Pemrintahan sebelumnya tanpa data dan fakta yang valid, tunjukan saja program kerja yang kurang baik sekaligus memaparkan kebijakan berbeda yang lebih baik dengan dasar-dasar ilmiah yang masuk akal, bukan dengan narasi yang memupuk kebencian.
Narasi-narasi "kebencian" terhadap Jokowi dan para pendukungnya tersebut, terlihat jelas di berbagai unggahan para pendukung Anies di media sosial.
Belakangan, pasca penetapan Ganjar Pranowo sebagai bacapres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhir Ramadhan lalu. Narasi yang digaungkan oleh para pendukung Anies Baswedan di media sosial adalah "playing victim"
Mereka beramai-ramai menarasikan bahwa Pemilu dan Pilpres 2024 akan dipenuhi oleh kecurangan untuk mendegradasi Anies Baswedan tanpa dasar yang jelas, hanya berdasarkan utak-atik gathuk berlandaskan halusinasi.
Mulai dari masalah hukum Formula E hingga kemungkinan kecurangan yang akan dilakukan dalam Pemilu semuanya demi kemenangan lawan dari Anies Baswedan.
Logikanya dimana coba, Pertandingan belum dimulai tapi sudah menuduh pertandingan tersebut akan curang. Ini sangat berbahaya jika dibiarkan lantaran nantinya akan mendelegitimasi proses demokrasi lima tahunan tersebut.
Marilah semua pihak berkontestasi politik secara beradab, Pemilu dan Pilpres kan sebuah proses demokrasi biasa saja. Kalah hari ini, kan bisa juga menang pemilu selanjutnya.