Nilai akuisisi Credit Suisse oleh UBS ini jika menghitung term of agreement antar para pemegang saham yang ditetapkan oleh Ororitas Keuangan Swiss yakni 1 lembar saham UBS dihargai dengan 22,48 lembar saham Credit Suisse, maka nilai akuisisinya mencapai US$ 3,25 milyar atau Rp. 49 triliun.
Mengutip CNBC.com, nantinya,menurut UBS, nilai aset kedua bank hasil penggabungan ini akan menjadi sebesar US$ 5 triliun atau Rp.75.000 triliun.
UBS merupakan lembaga keuangan raksasa nomor satu Swiss yang menurut laporan keuangan tahun 2022 memiliki aset senilai US$ 1,1 triliun atau Rp. 16.803 triliun nyaris setara dengan GDP Indonesia 2022 yang sebesar Rp. 19.588 triliun.
Bank nomor 3 terbesar di Eropa  dengan kapitalisasi pasar sebesar US$ 61 milyar ini, merupakan grup perusahaan keuangan di bidang invesment banking dan komersial banking yang berkantor pusat di Zurich.Â
UBS, Bank yang didirikan pada tahun 1984 ini merupakan hasil penggabungan Union Bank of Switzerland dan Swiss Bank Corporation.
Tadinya UBS itu merupakan akronim dari Union Bank of Switzerland, tetapi mulai tahun 1998 tidak dipakai lagi, UBS menjadi nama resmi dan nama dagang grup perusahaan keuangan tersebut
Wilayah operasinya hampir di setiap belahan dunia, dengan karyawan berjumlah 71 ribu orang.
Apakah gonjang-ganjing di Credit Suisse ini ada hubungannya dengan runtuhnya 3 bank di Amerika Serikat yakni, Sillicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan  Signature Bank?
Sejumlah pengamat perbankan global menyebutkan bahwa secara teknis langsung tak berhubungan meskipun dalam koridor trust issue dengan menggunakan konsep butterfly effect sangat mungkin ada kaitannya satu sama lain.Â
Butterfly effect dalam dunia bisnis bersumber dari Chaos teori di mana perubahan berdampak besar dapat terjadi meskipun berawal dari satu hal kecil.
Dengan konsep ini, sangat mungkin karena "angin kecil" rusaknya bank nomor 16 di Amerika Serikat, SVB, menciptakan badai besar yang merontokan tatanan keuangan global.