Urusan impor rangkaian gerbong Kereta Rel Listrik eks Jepang oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) tak beres-beres hingga kini.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap ogah memberikan rekomendasi kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebagai salah satu syarat perizinan impor, dengan alasan industri dalam negeri sudah mampu memproduksi rangkaian gerbong KRL, sehingga tak perlu lagi impor, apalagi yang diimpor itu hanya berupa kereta bekas pakai.
Sebenarnya logika Pemerintah Cq Kemendag dalam hal impor beras, sama saja dengan logika PT. KCI mengimpor rangkaian kereta listrik eks Jepang.
Keduanya beralibi impor itu harus dilakukan lantaran kebutuhan yang harus ada manakala produk dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan nasional terkini.
Padahal kita tahu produksi beras dalam negeri juga tak kurang banyaknya, menurut Biro Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia pada periode Januari-April 2023 diperkirakan akan sebesar 13,79 juta ton.
Namun, karena "saat ini" stok beras menipis, jauh di bawah batas standar stok beras nasional yang telah ditetapkan, terpaksa impor beras harus dilakukan.
"(Soal impor beras) tanya ke Bulog, secara nasional kita butuh. Karena, stoknya dari Bulog tipis," kata Presiden Jokowi, seperti yang saya kutip dari Detik.com, Februari 2023 lalu
Standar stok beras nasional yang telah ditetapkan, minimal stok beras di gudang-gudang Bulog harus sebanyak 1,2 juta ton, sedangkan sekarang ini jumlah stok beras yang tersedia hanya 600 ribu ton.
Apabila impor beras tak dilakukan sekarang, maka harga beras akan melambung naik, apalagi mendekati bulan Ramadan dan Lebaran, yang secara natural akan diikuti oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
Kondisi yang hampir dipastikan mengganggu kesejahteraan masyarakat dan membuat inflasi berpotensi melonjak tinggi.
Untuk itu lah, Bulog kemudian diberikan tugas oleh Pemerintah untuk mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand sebanyak 500 ribu ton.