Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Capaian Positif Pasar Modal Indonesia Sepanjang Tahun 2022, dan Proyeksinya di Tahun 2023

2 Januari 2023   06:38 Diperbarui: 2 Januari 2023   06:37 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 rupanya tak hanya berdampak negatif bagi kehidupan manusia, dalam beberapa hal justru memberi efek positif. 

Dunia investasi portofolio dan penjualan instrumen keuangan di Pasar modal Indonesia merupakan salah satu sektor yang terkena dampak positif, selain teknologi digital.

Hal tersebut bisa terjadi lantaran ada semacam ease of transformation, perubahan perilaku masyarakat setelah dalam penanganan dan pengendalian penyebaran Covid-19 diberlakukan pembatasan mobilitas, satu hal yang kemudian menjadi musabab berubahnya perilaku masyarakat.

Masyarakat yang tadinya konsumtif, secara sadar melakukan shifting perilaku dengan lebih banyak menggunakan dana miliknya untuk berinvestasi di berbagai instrumen keuangan, mulai dari instrumen investasi fix income seperti pasar uang, seperti obligasi korporasi Surat Berharga Negara (SBN) Ritel, aset crypto atau di pasar saham maupun reksadana.

Di Pasar Modal, kondisi ini tercermin dari jumlah investor ritel yang terus mengalami kenaikan signifikan selama pandemi berlangsung, dalam 3 tahun belakangan.

Secara rinci,menurut data dari PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor di Pasar Modal Indonesia, pada akhir tahun 2019, sesaat sebelum Pandemi Covid-19 terjadi, jumlah investor baru mencapai 2,48 juta orang, kemudian naik setelah memasuki pandemi, pada akhir 2020 menjadi 3,88 juta investor.

Pada akhir tahun 2021 jumlah investor pasar modal naik lagi hingga dua kali lipat menjadi 7,48 juta investor.

Terakhir, di tahun 2022 yang baru saja kita tinggalkan, jumlah investor di pasar modal Indonesia menembus angka dua digit untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, menjadi 10,30 juta investor, meningkat 37,5 persen dibanding tahun 2021 atau bertambah 1.000 persen dibandingkan 5 tahun lalu.

Yang menggembirakan investor di pasar modal Indonesia kini di dominasi oleh para milenial dan Generasi Z di bawah usia 30 tahun dengan jumlah mencapai 58,74 persen.

KSEI.co.id
KSEI.co.id
Selain pandemi, yang mendorong peningkatan jumlah investor di Pasar Modal Indonesia adalah kemajuan teknologi dan sosialisasi, edukasi serta literasi oleh para pemangku kepentingan pasar modal Indonesia seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia, Kementerian Keuangan, dengan dukungan sejumlah pihak lainnya.

Kemajuan teknologi dari sisi investor dan penyelenggara memang sangat pesat sehingga membuat transaksi di pasar modal bisa diselenggarakan lebih,mudah, cepat dan efesien.

Sementara terkait sosialisasi, edukasi, dan literasi, sepanjang tahun 2022 telah dilakukan 11.253 kegiatan edukasi dengan jumlah peserta mencapai 1,8 juta orang.

Tahun 2022, memang menjadi berkah tersendiri bagi Pasar Modal Indonesia meskipun di tengah tekanan ekonomi global yang masih tak menentu.

Peningkatan jumlah investor di pasar modal yang sangat signifikan ini, tentu saja akan berdampak pada naiknya jumlah transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurut data BEI, rata-rata transaksi harian di BEI mencapai angka 1,31 juta transaksi per hari, naik 1,1 persen dibanding tahun lalu. Dengan rata-rata volume transaksi sebanyak 23,9 miliar saham per hari.

Nilai rata-rata transaksi per hari untuk tahun 2022 pastinya juga akan mengalami kenaikan seiring kenaikan jumlah transaksi, tercatat rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp.14,7 triliun, naik 10 persen dibandingkan tahun 2021.

Sementara itu, kapitalisasi pasar atau market cap pasar modal Indonesia pada tanggal 27 Desember 2022 mencatatkan rekor baru dengan nilai menembus angka Rp. 9.600 trilun, meskipun pada penutupan perdagangan tahun 2022 keesokan harinya turun tipis menjadi Rp. 9.509 triliun, namun angka itu pun naik 15,2 persen dibandingkan dengan market cap pada penutupan perdagangan tahun 2021 lalu, yang sebesar Rp.8. 256 triliun.

Pun demikian dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencapai level 6.850,52 pada penutup bursa tahun 2022, meningkat 4.09 persen dari posisi penutupan bursa desember 2021. 

Pertumbuhan IHSG tersebut bahkan sempat menembus rekor baru, pada 13 September 2022 di level 7.318,016.Pada bulan November pertumbuhan IHSG di Pasar Modal Indonesia paling tinggi di regional Asean dan nomor tiga tertinggi di dunia.

Dari sisi suplai, pada tahun 2022 terdapat 59 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sebagai emiten baru melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO) sehingga hingga akhir 2022 825 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI.

Total dana yang diperoleh dari IPO mencapai Rp.33,06 triliun di sepanjang tahun 2022. Pencapaian ini merupakan tertinggi sejak swastanisasi Pasar Modal Indonesia tahun 1992.

Prospek Pasar Modal Indonesia 2023.

Capaian positif Pasar modal indonesia di tahun 2022, sepertinya akan berlanjut di tahun 2023 jika mengacu pada potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap positif yang menurut Bank Indonesia, International Monetary Fund (IMF),  World Bank atau lembaga pemeringkat efek dunia seperti Fitch Rating akan berada di kisaran 4,8 pesen hingga 5,3 persen.

Apalagi seperti diketahui bersama,  Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dicabut oleh Pemerintah akhir tahun 2022 ini, dengan demikian mobilitas masyarakat tahun 2023 akan lebih agile dan dapat menjadi berkah tambahan yang mendorong pergerakan ekonomi nasional.

Ditambah lagi Indonesia mulai memasuki tahun politik, yang biasanya akan diiringi dengan maraknya kampanye politik jelang Pemilu 2024, satu faktor yang mampu mendorong kenaikan belanja masyarakat.

Kondisi tersebut nantinya akan berimbas positif terhadap pergerakan IHSG di Bursa efek Indonesia. 

Dengan alasan itu, sejumlah analis pasar modal bersikap optimis, alhasil mereka memperkirakan di akhir 2023 IHSG  akan menembus angka psikologis 8.000.

Tentu saja prediksi ini bisa menjadi kenyataan apabila situasinya berjalan normal, tanpa kejutan negatif yang bisa memporakporandakan bangunan positif perekonomian Indonesia.

Dengan proyeksi positif seperti itu tentu saja akan membuat perusahaan-perusahaan berminat untuk memobilisasi dana dengan menjual saham mereka di Pasar Modal, melalui penawaran umum perdana atau IPO.

Lazimnya, jika pertumbuhan IHSG terus menunjukan kenaikan, maka minat perusahaan untuk IPO juga akan linier dengan hal itu. Semakin banyak perusahaan menjual sahamnya di BEI, maka IHSG dan market cap juga pasti akan naik.

Meskipun demikian, kita juga tak bisa mengesampingkan situasi perekonomian global yang masih volatile, penuh ketidakpastian dan adanya kemungkinan krisis melanda negara-negara utama ekonomi dunia.

Kondisi ini, suka atau tidak pasti bakal memengaruhi perekonomian Indonesia, sekecil apapun pengaruh ekonomi global terhadap perekonomian dalam negeri.

Oleh sebab itu, secara moderat, saya memperkirakan IHSG memang masih akan tumbuh positif, namun belum akan menembus angka psikologis 8.000, mungkin ada di kisaran level 7.500 hingga 7.800 di akhir tahun 2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun