Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Nasib Perempuan Afghanistan di Bawah Rezim Taliban, Memilukan

26 Desember 2022   10:28 Diperbarui: 26 Desember 2022   10:36 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan setelah memerintahkan semua universitas di Afghanistan untuk mengeluarkan para mahasiswa perempuan, pada 19 Desember 2022, pekan lalu rezim Taliban di negara beribukota Kabul ini kembali merilis aturan yang mengintruksikan larangan terhadap perempuan Afghanistan, semua Karyawati yang bekerja  pada organisasi non pemerintah, LSM lokal dan asing dirumahkan.

Aturan tersebut tertuang dalam surat edaran Kementerian Ekonomi Afghanistan dan seperti dilansir Al Jazeera, instruksi tersebut berlaku hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Pemerintah Taliban mengeluarkan instruksi itu, karena ada beberapa diantara karyawati berpakaian tak sesuai dengan aturan Islami yang mereka interprerasikan.

Alasan serupa juga digunakan saat melarang para mahasiswi untuk melanjutkan kuliahnya di universitas-universitas di seluruh wilayah Afghanistan.

Tindakan Pemerintah Taliban tersebut dalam rangka menegakan Dekrit yang mengatur cara berpakaian perempuan Afghanistan yang ditetapkan awal 2022 lalu.

Dalam Dekrit itu disebutkan bahwa siapapun yang melanggar aturan berpakaian bagi perempuan itu maka sanksi pidana menanti.

Kementerian Amar Ma'ruf Nahi Munkar Afghanistan mewajibkan para perempuan Afghanistan untuk mengenakan chadori berwarna biru yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari atas kepala hingga ujung kaki kecuali mata. Atau bisa juga mengenakan burqa berwarna hitam.

Secara spesifik warna yang diperbolehkan dikenakan biru dan hitam, andai ada perempuan Afghanistan mengenakan di luar warna itu, maka perempuan tersebut dianggap melanggar dekrit dan terancam di hukum.

Tak hanya perempuan tersebut yang terancam dihukum, muhrimnya, bisa suami atau ayah dari perempuan tersebut juga akan terkena hukuman penjara.

Larangan untuk bekerja dan bersekolah bagi perempuan, ini mendapat kecaman dari komunitas internasional.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa keputusan Taliban tersebut bertentangan dengan jaminan perlindungan HAM semua warga Afghanistan terutama perempuan dan anak perempuan seperti yang telah dijanjikan Taliban kepada masyarakat internasional, saat mereka kembali berkuasa di Afghanistan Agustus 2021 lalu.

Turki, menolak dan merasa sedih atas larangan baru di Afghanistan tersebur.

"Larangan ini tidak Islami atau humanistik. Kami menolak larangan semacam itu," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavosoglu seperti dilansir Koran-Jakarta.com.

Negara Islam, Arab Saudi yang dikenal konservatif meski belakangan lebih terbuka, mendesak Taliban untuk membatalkan larangan perempuan untuk bersekolah dan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

"Kementerian Luar Negeri mengutarakan keheranan dan kekecewaan Kerajaan Saudi terhadap keputusan pemerintah Afghanistan yang melarang hak perempuan mengenyam pendidikan di universitas dan menyerukan membatalkan keputusan itu,” demikian pernyataan Kemenlu Arab Saudi melalui akun Twitter resminya.

Menurut Saudi, apa yang dilakukan rezim Taliban tersebut membuat negara-negara Islam heran dan malu. 

Sebenarnya perlakuan buruk rezim Taliban terhadap perempuan itu bukan barang baru, mereka memang sempat menjanjikan akan memberi kesempatan lebih baik bagi perempuan dan anak perempuan untuk memperoleh pendidikan, setahun lalu saat mulai berkuasa lagi di Afghanistan.

Namun itu pun terpaksa dilakukan Taliban karena dunia internasional hanya akan memberikan bantuan apabila Taliban tak memperlakukan perempuan secara semena-mena.

Karena tanpa bantuan organisasi internasional mereka nyaris tak akan bisa hidup. Belakangan masyarakat Internasional paham ternyata berbagai larangan atau aturan bagi perempuan dijadikan alat tawar  oleh rezim Taliban untuk memperoleh bantuan lebih besar.

Secara historis, dunia tahu, Taliban memang kerap memperlakukan perempuan sebagai warga negara kelas bawah dan kekerasan seksual hingga pernikahan paksa si usia yang masih sangat dini saat mereka memerintah pada 1996-2001.

Oleh sebab itu ketika kembali berkuasa setelah Amerika Serikat mundur dari Afghanistan pada 2021, dunia internasional mendesak Taliban untuk memperlakukan perempuan lebih baik.

Mereka saat itu berjanji akan membuka sekolah bagi anak perempuan dan memberi akses bagi mereka untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.

Meskipun dengan aturan yang superketat, sekurang-kurangnya ada 13 aturan khusus bagi perempuan yang diterapkan secara kaku oleh rezim Taliban diantaranya,

Perempuan boleh keluar rumah, hanya bila ditemani muhrimnya.

Perempuan belum boleh bertemu laki-laki berusia di atas 12 tahun, selain muhrimnya.

Perempuan bisa mendapatkan pendidikan disekolah khusus perempuan dengan guru perempuan.

Perempuan tak boleh mengenakan make up termasuk kutek.

Perempuan wajib mengenakan burqa, Perempuan harus berbicara pelan, sebisa mungkin tak terdengar oleh laki-laki.

Perempuan tak boleh duduk di balkon atau teras rumah.

Perempuan boleh bekerja, namun saat mereka pergi dan pulang kerja harus ditemani muhrimnya atau akan dikawal oleh petugas kementerian amar ma'ruf nahi munkar.

Namun, saat ini bekerja dan mendapatkan pendidikan bagi perempuan sudah tak diperbolehkan lagi hingga batas waktu belum ditentukan.

Bayangkan, perlakuan rezim Taliban di Afghanistan terjadi di Indonesia. Pastinya untuk membayangkannya pun kita semua enggan.

Tetapi anehnya, jika diamati di media sosial masih saja di Indonesia ada yang meng-glorifikasi Taliban.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun