Bukan tidak mungkin dalam beberapa waktu ke depan, pudarnya hubungan baik ini akan dimanifestasikan dengan didepaknya Nasdem dari Koalisi Indonesia Maju.
Dengan penanda, reshuffle menteri-menteri yang berasal dari Partai Nasdem. Andai itu yang terjadi, sangat mungkin akan merugikan mereka, meskipun dalam saat bersamaan bisa juga menjadi keuntungan bagi partai yang mengusung tagline restorasi Indonesia ini.
Berada di luar pemerintahan menjelang Pemilu sebenarnya bukan pilihan yang tepat, karena mereka akan menjauh dari sumber daya yang memungkinkan mereka meraih suara Pemilu 2024.
Namun dalam saat bersamaan, sangat mungkin dimonetasi menjadi sebuah keuntungan bagi mereka dan capres yang diusungnya, Anies Baswedan.
Dengan diksi "didzalami" Nasdem berpeluang mendapat simpati dari masyarakat luas, digoreng sedikit saja arah dan substansinya, Jokowi dan Pemerintahannya beserta partai pendukungnya bakal terlihat seperti monster.
Sedangkan Nasdem dan Anies Baswedan serta partai pendukungnya akan dianggap sebagai korban.
Dan masyarakat Indonesia sangat mencintai dramaturgi politik semacam ini, tentu kita masih ingat saat SBY tiba-tiba melejit karena dianggap "didzalami" Pemerintah Megawati saat ia menjadi salah satu menteri kabinet Megawati.
Atau saat Jokowi begitu banyak diserang, difitnah, dan dikecilkan ketika maju menjadi capres dalam Pemilu 2014, sehingga membuat simpati masyarakat membuncah.
Apakah ini yang akan terjadi?
Saya kira Jokowi tak akan bertindak gegabah secara politis terhadap Nasdem. Dugaan saya, Jokowi akan tetap membiarkan Nasdem berada dalam Koalisi Indonesia Maju, dan para menteri yang berasal dari partai yang didirikan Surya Paloh itu, tetap akan duduk di jajaran kabinet.
Tetapi tak akan terlalu diopeni, alias dicuekin saja. Jokowi akan menjaga jarak yang cukup untuk tidak terlalu dekat tetapi juga tidak terlalu jauh.