Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hati-Hati! Tak Hanya Resesi Ekonomi, Resesi Seks Kini Menghantui Dunia

29 November 2022   17:11 Diperbarui: 29 November 2022   20:13 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, mereka enggan bercinta atau berhubungan seksual lantaran tingginya intensitas pekerjaan sehingga mereka kehilangan gairah seksualnya.

Di Jepang hal serupa juga terjadi, mengutip kantor berita Reuters pada tahun 2021, angka kelahiran di Negeri Matahari Terbit hanya 811.604 orang, terendah sejak 1899.

Di sisi lain angka kematian di Jepang pada tahun yang sama naik menjadi 1.439.809 jiwa. Hal tersebut menyebabkan penurunan populasi di Jepang sebesar 628.205 jiwa.

Tingkat kesuburan keseluruhan di Jepang pun terus mengalami penurunan dalam 6 tahun terakhir, menjadi 1,3. Angka ini menggambarkan jumlah rata-rata anak yang lahir dari perempuan Jepang seumur hidupnya.

Hal ini menyebabkan Jepang sebagai negara yang paling tidak regeneratif, Jepang dalam hal demografi disebut negara dengan penuaan tercepat,  natalitas mereka sangat minimal hal yang membuat hampir seluruh kota-kota besar di Jepang mulai mengandalkan tenaga kerja asing.

Meskipun dengan latar belakang yang agak berbeda, fenomena resesi aktivitas seksual juga terjadi di Korea Selatan. Resesi seks di Korea terjadi pasca munculnya kelompok-kelompok feminis yang menyuarakan "FourNo's"

No dating, No Sex, No Marriage, and No Child-rearing, Tak berkencan, Tak melakukan hubungan Sex, Tak menikah, dan Tak memiliki atau mengasuh anak, itu lah arti FourNo's itu.

Kelompok ini, beranggotakan perempuan yang menolak budaya patriaki kaku yang sudah mengakar di dunia  khususnya di Korea. 

Saat ini menurut penelitian yang dilakukan berbagai organisasi termasuk Pemerintah Korea, jumlah wanita yang mengganggap bahwa pernikahan itu perlu hanya 22,4 persen saja, tergerus lebih dari setengahnya dibandingkan satu dekade silam yang berada di angka 47 persen.

Pasangan yang menikah saat ini pun terpangkas nyaris setengahnya dibandingkan tahun 1996. dari 434.900 pasangan menjadi tinggal 257.600.

Tingkat kesuburan anjlok cukup tajam tinggal 0,98 pada tahun 2019 lalu, padahal angka ideal untuk tetap mempertahankan komposisi demografis yang ideal, tingkat kesuburan di Korea seharusnya berada di angka 2,1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun