Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hati-Hati! Tak Hanya Resesi Ekonomi, Resesi Seks Kini Menghantui Dunia

29 November 2022   17:11 Diperbarui: 29 November 2022   20:13 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR-RI Senin (21/11/22) awal pekan ini, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan kondisi ekonomi disejumlah negara termasuk negara-negara kekuatan ekonomi dunia mulai mengalami pelambatan.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang semula diprediksi tumbuh sekitar 3 persen tahun ini, kemungkinan turun ke level 2,6 persen. Bahkan ada kemungkinan turun lebih dalam lagi menjadi 2 persen.

Menurut proyeksi Bank Indonesia, resesi ekonomi hampir pasti terjadi di Amerika Serikat dan Eropa pada 2023 mendatang, probalitas terjadi resesi hampir 60 persen.

"Resesi di AS dan di Eropa. Resesi di AS probabilitasnya mendekati 60 persen, apalagi di Eropa, bahkan kondisi winter tahun ini belum yang terburuk, tahun depan yang terburuk karena ini berkaitan dengan geopolitik, fragmentasi politik ekonomi, dan investasi," ungkap Perry. 

Mengutip Otoritas Jasa Keuangan, kata Resesi dalam prespektif ekonomi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara memburuk yang ditandai dengan produk domestik bruto negatif,angka pengangguran meningkat pertumbuhan ekonomi riil negatif setidak-tidaknya selama dua kuartal berturut-turut.

Isu resesi 2023 belakangan terus mengemuka, sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan hal yang sama, dunia akan tergoncang akibat resesi.

Menkeu, menambahkan bahwa China yang selama ini menjadi semacam booster perekonomian dunia akan mengalami pelambatan yang signifikan.

Menurut sejumlah sumber, ekonomi China melambat signifikan pada kuartal II-2022, Negeri Tirai Bambu ini hanya tumbuh 0,4 persen saja, padahal kuartal sebelumnya pertumbuhan ekonominya 4,8 persen.

Tak hanya itu, kondisi resesi tahun depan diprediksi bakal diimbuhi dengan melonjaknya angka inflasi atau high inflation, tahun ini saja rata-rata inflasi global sebesar 9,2 persen.

Angka inflasi sebesar itu akibat situasi geopolitik dunia yakni perang Rusia versus Ukraina yang tak kelar-kelar  sehingga mendorong harga pangan dan energi dunia naik cukup tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun