Atas Tragedi Hallowen Itaewon tersebut, Pemerintah Korea Selatan menetapkan Masa Berkabung Nasional hingga 5 November 2022 mendatang.
Bagi masyarakat Korea Selatan peristiwa mematikan akibat desak-desakan fatal atau human crush di Itaewon Seoul ini merupakan yang terburuk sejak 2014.
Sebelumnya, peristiwa stampede yang dipicu oleh tenggelamnya Kapal Ferry Sewol menimbulkan korban jiwa sebanyak 304 orang.
Peristiwa seperti yang terjadi di Itaewon ini serupa dengan Tragedi Kanjuruhan di Malang terlepas dari apapun pemicunya. Berdesak-desakan fatal yang menimbulkan korban jiwa sangat besar bukan saat ini saja terjadi.
Menurut sejumlah sumber bacaan yang saya dapatkan, peristiwa stampede paling mematikan yang pernah tercatat dalam sejarah adalah saat perang antara Kaum Yahudi dan Bangsa Romawi pada abad ke 66 sebelum masehi, lebih dari 10 ribu orang harus kehilangan nyawanya akibat persitiwa tersebut.
Sementara peristiwa paling mematikan akibat tumbukan antar manusia pada peradaban modern terjadi saat tragedi Terowongan Mina ketika umat Islam melaksanakan Ibadah Haji pada tahun 1990 yang menewaskan 1.426 calon jamaah haji dan tahun 2015 yang menewaskan sekitar 2.400 orang.
Melansir The Conversation, Stampede adalah krisis alur alir kerumunan massa yang dipicu oleh gabungan antara fenomena panik, lari, desak, dorong, himpit-himpitan, saling injak, dan terkadang menjadi saling serang antar satu sama lain.
Peristiwa ini biasa  terjadi dalam konteks pertunjukan budaya, olahraga, perayaan acara keagamaan, kampanye atau berbagai hal yang menimbulkan kerumunan manusia dalam jumlah masif.
Secara umum stampede hanyalah merupakan symptom yang bisa dipicu oleh berbagai faktor, misalnya kerusuhan, runtuhnya bangunan tempat kerumunan massa itu berada, hingga agresi petugas keamanan seperti yang terjadi di Kanjuruhan Malang, atau gabungan beberapa faktor tersebut.
Ciri khas kematian akibat stampede, berupa trauma di bagian kepala dan dada karena benturan dan akibat terinjak-injak, terjatuh, berdesakan, dan kekurangan oksigen yang akhirnya bisa memicu gagal nafas dan gagal jantung.
Peristiwa desak-desakan memang selalu menghantui setiap aktivitas yang melibatkan banyak orang di satu area tertentu, sehingga menimbulkan kerumunan dalam jumlah masif.