Oleh sebab itu saya untuk kali ini sepakat dengan pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristyanto, bahwa pernyataan Nasdem melalui Zulfan Lindan tersebut berpotensi menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik yang serius.
"Jujur saya sangat kaget dengan pernyataan Partai NasDem melalui Pak Zulfan Lindan bahwa Pak Anies merupakan antitesa Pak Jokowi. Ini menimbulkan persoalan tata pemerintahan dan etika politik yang sangat serius," kata Hasto, seperti dilansir Detik.com. Rabu (12/10/22).
Dalam bahasa lain, bisa diartikan bahwa selama ini Nasdem tak nyaman dengan gaya dan kepemimpinan Jokowi dalam mengelola Republik ini, makanya kemudian mereka mencari anti tesa-nya dalam pemilu yang akan datang.
Padahal dalam dialektika Hagel tersebut selain Tesa dan Anti-Tesa yang benar-benar  berlawanan 180 derajat,juga menyisakan teori Sintesa yang merupakan perdamaian keduanya, atau jalan tengah dengan berbagai pembaharuan di sana-sini.
Kenapa istilah ini tak dipilih oleh Nasdem, alih-alih anti tesa. Artinya Nasdem sudah merasa patah arang dengan Jokowi.Apabila demikian kenapa mereka tidak sedari awal menyatakan keluar dari Koalisi Indonesia Maju  jika sudah merasa mutung.
Mungkin sudah waktunya, kalau tidak Nasdem yang mundur dari koalisi ini, Jokowi harus berpikir ulang dengan keberadaan mereka di koalisi dan kabinet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H