Secara psikologis, menurut Profesor Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof. Drs. Koentjoro seperti dilansir Kompas.com, anarkisme supporter yang memicu terjadinya kerusuhan saat menyaksikan pertandingan sepakbola karena dipengaruhi Jiwa Massa.
Menurutnya, seseorang atau individu dapat bersikap berbeda saat berada di tengah massa atau gerombolan.Â
Jiwa massa akan timbul ketika berada di antara massa dan menimbulkan perilaku aneh yang tidak akan  berani dilakukan saat orang itu sendirianÂ
Apalagi kemudian diimbuhi dengan mengenakan atribut yang menggambarkan mereka adalah merupakan bagian dari kelompok tertentu.
Di tambah lagi dengan aspek lain seperti sikap fanatisme supporter yang tak kunjung  dewasa dalam menerima kekalahan dari tim yang didukungnya.
Padahal dalam sebuah pertandingan sepakbola atau olahraga apapun menang kalah itu meupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pertandingan, dan itu sesuatu yang tak biss dihindari.
Hampir mustahil sebuah tim sepakbola sehebat apapun timnya, akan terus menerus menuai kemenangan dalam sebuah kompetisi panjang seperti Liga 1.
Ketidakdewasaan supporter ini diperparah lagi dengan oleh kepentingan para stakeholder dalam mengelola kompetisi.
Seperti misalnya jadwal pertandingan yang tidak pas waktu dan lokasinya. Memang benar sepakbola kini sudah menjadi industri yang melibatkan guliran dana yang sangat besar.
Tapi, bukan berarti harus mengabaikan aspek pengamanan dan keamanannya demi memenuhi permintaan pemilik hak siar.
Lantaran pendapatan terbesar klub-klubLiga di Indonesia dan liga-liga di dunia berasal dari TV Rights ini