stadion Kanjuruhan Malang telah mencapai 129 orang.
Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun, hingga tulisan ini dibuat, korban meninggal tragedi kericuhan supporter sepakbola diMenurut siaran breaking news yang saya saksikan di sejumlah TV berita nasional, selain korban tewas tak kurang dari 180 supporter yang mengalami luka berat dan ringan.
Kaget, marah, dan sedih semua campur aduk saat mendapati kabar tragedi paling mengerikan dalam sejarah sepakbola Indonesia selama ini dan menjadi nomor dua terburuk dalam sejarah tragedi sepakbola dunia.
Mengapa sepakbola dan menontonnya harus melahirkan tragedi seperti ini?Â
Padahal kan seharusnya menonton sepakbola itu fun dan penuh kegembiraan.
Jawaban dari pertanyaan yang terbaca sederhana ini ternyata sangat kompleks. Ada banyak aspek yang berkelindan di dalamnya, sehingga memicu kerusuhan berujung korban jiwa tak sedikit.
Apabila mengacu pada kronologisnya, tragedi ini bermula saat sebagian supporter Arema FC tidak puas atas hasil pertandingan tim kesayangannya yang kalah dalam derby Jawa Timur melawan Persebaya dengan skor 2-3.
Untuk melampiaskan rasa kecewanya, mereka merangsek memasuki lapangan dari arah tribun penonton dan melakukan pengrusakan.
Nah, pihak Kepolisian sebagai pengaman pertandingan kemudian mencoba menghalau mereka, tetapi karena kalah jumlah mereka terdesak.
Hingga akhirnya, mereka terpaksa menembakan gas air mata, yang celakanya lebih banyak diarahkan ke tribun alih-alih ke tengah lapangan.
Jadi, pemicu dari segala tragedi di Kanjuruhan ini adalah sikap anarkisme dan ketidakdewasaan suporter dalam menyikapi hasil pertandingan, hal tersebut memang merupakan penyakit menahun supporter Indonesia.