Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Alur Cerita Film "A Few Good Men" dalam Kasus Kematian Brigadir J

7 Agustus 2022   10:57 Diperbarui: 7 Agustus 2022   11:08 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guliran penyelidikan kasus kematian Brigadir Joshua yang penuh intrik dengan lapisan cerita bak kisah di dalam kisah, mengingatkan saya pada film lawas yang dirilis tahun 1992 bergenre drama persidangan berjudul "A Few Good Men"

Film yang dibintangi oleh aktor legendaris  Jack Nicholson yang berperan sebagai Kolonel Nathan R. Jessup Komandan Pangkalan Angkatan Laut di Guantanamo Bay, Kuba.

Kemudian, yang berperan menjadi perwira pengacara Letnan Daniel Kaffe adalah Tom Cruise dan Demi Moore berperan sebagai Letnan Joanne Galloway.

Film yang disutradarai oleh Rob Reiner daa naskahnya ditulis Aaron Sorkin ini berkisah tentang pengungkapan  kasus penembakan yang membuat seorang prajurit marinir AS William Santiago harus meregang nyawa.

Sebenarnya kasus kematian Santiago ini secara teori penyidikan terang benderang, bahwa ada 2 prajurit lainnya bernama Dawson dan Downey dalam satu kesempatan menembak mati Santiago.

Kasusnya menjadi rumit, ketika ternyata penembakan Santiago ini dilakukan atas intruksi dari Komandan Pangkalan AS di Guantanamo Bay, Kolonel Jessup.

Semua prajurit di Pangkalan tersebut atas nama kebanggaan corps yang menyesatkan, secara berjamaah menutupi peristiwa sebenarnya terkait kasus tersebut.

Mereka memfabrikasi kisah yang seolah kejadian tersebut hanyalah pertengkaran biasa antar prajurit yang berujung tembak menembak, itu saja.

Kuatnya ikatan saling melindungi antar prajurit di pangkalan tersebut membuat penyelidikan kasusnya seolah hanya beringsut lambat, dan akan dilokasir hanya kepada kedua prajurit berpangkat rendah itu.

Sehingga pihak Militer AS harus mengirim dua aparat hukum militer dari luar pangkalan untuk mengungkap dan melakukan penuntutan atas kasus kematian Santiago.

Daniel Kaffe dan Joanne Galloway yang ditugaskan untuk melakukannya, menghadapi tekanan yang sangat besar dari lingkungannya saat berusaha mengungkapkan kebenaran.

Bahkan dalam perjalanan pengungkapan kasusnya, kedua orang itu kerap diintimidasi dan di bully serta di cap sebagai pengkhianat oleh para aparat militer di Pangkalan Militer AS tersebut.

Tak surut ditekan begitu rupa, Kaffe dan Galloway terus merangsek merangkai penyelidikan hingga kemudian mengerecut pada kesimpulan adanya keterlibatan "The Untouchable" komandan Pangkalan Kolonel Jessup yang sangat berkuasa dan disegani karena memiliki karir militer panjang dengan berbagai penghargaan tertinggi karena jasa-jasanya.

Hingga akhirnya, di akhir  persidangan Kolonel Jessup dipanggil menjadi saksi persidangan. Lewat pertanyaan-pertanyaan cukup tajam yang disampaikan Letnan Kaffe mengusik ego sang Kolonel, sehingga Jessup dengan penuh amarah mengakui bahwa dirinya lah yang memerintahkan penembakan terhadap Santiago melalui perintah "Kode Merah" atau Red Code.

Red Code dalam versi film A Few Good Men adalah perintah atau aturan tak tertulis dikalangan militer untuk memberi hukuman di luar peraturan baku.

Alur kisah dalam cerita film  A Few Good Men ini hampir sebangun dengan alur "drama" kematian Brigadir J yang belakangan membuat ruwet seluruh negeri ini.

Tentunya kita ingat betul, bagaimana kisah awal kasus kematian Brigadir J saat diungkapkan ke publik 3 hari setelah peristiwa tersebut terjadi, yang penuh kejanggalan seolah memerkosa akal sehat kita sebagai manusia.

Lapisan-lapisan cerita yang awalnya disebut "Polisi Tembak Polisi" terkesan penuh rekayasa meski oleh Polisi hal itu diklaim sebagai perkembangan kasus.

Perlahan namun pasti kebenaran kasus itu mulai terkuak setelah Kapolri membentuk Tim Khusus dan secara bersamaan menonaktifkan para personil Kepolisian yang diduga terlibat dalam kematian Brigadir J tersebut.

Hingga akhirnya, salah satu tokoh utama dalam kasus kematian Brigadir J, mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo harus menghadapi tuduhan karena melanggar kode etik dan ketidakprofesionalan dalam penanganan kasus yang mengegerkan Indonesia tersebut.

Meskipun alurnya terkesan sebangun, tetapi motif antara keduanya sangat berbeda. Dalam " A Few Good Men" kehormatan kesatuan dan militer menjadi pangkal masalah terbunuhnya Prajurit Santiago, hal tersebut terungkap saat Kolonel Jessup di cecar pertanyaan tajam Letnan Daniel Kaffe dalam persidangan.

Letnan Kaffe : I want the truth

Kolonel Jessup : You can't handle the truth.

Kemudian Kolonel Jessup memaparkan bahwa ia memerintahkan kode merah lantaran kehormatan dan kesetiaan terhadap institusi militer menjadi pertaruhannya.

"Kami menggunakan kata-kata seperti "kehormatan", "kode", "kesetiaan". Kami menggunakan kata-kata ini sebagai tulang punggung kehidupan yang dihabiskan untuk membela sesuatu. Anda menggunakannya sebagai garis pukulan." Ujar Kolonel Jessup

Sementara dalam kasus kematian Brigadir J, kehormatan secara pribadilah yang menjadi soalnya.

Namun, lantaran itu terjadi dalam lingkup kedinasan dan yang menjadi soal adalah kehormatan pribadi seorang personil berpangkat dan menjabat posisi tinggi, personil aparat di circle-nya tergerak untuk melindunginya sehingga memunculkan "code of silence" yang membuat pengungkapan kasus menjadi luar biasa rumit, meminjam istilah Menkopolhukam Mahfud MD  karena adanya psiko hierakial dan psiko politis.

Kendati demikian, meskipun dalam proses pengungkapan kebenarannya njelimet, pada akhir kisah  kasus kematian Brigadir Nofriansyah Joshua Hutabarat ini kebenaran hakiki lah yang akan terungkap, seperti ending dalam film yang meraih 6 nominasi Piala Oscar 1992 ini.

Kolonel Jessup harus menanggung konsekuensi atas kejahatan yang dilakukannya terlepas dari motif yang melatarinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun