Oleh sebab itu kemudian istilah Islamofobia menjadi lebih terkenal dan dipraktikan secara lebih luas setelah kejadian tersebut.Â
Apalagi kemudian, anggapan itu diikuti fakta hadirnya organisasi-organisasi teroris yang menggunakan identitas agama Islam seperti Al Qaeda dan ISIS misalnya.
Akibatnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Hans Dekker dan Jolanda van Der Noll pada tahun 2007 di Belanda yang diberi judul "Islamofobia and It's Origin: A Study Among Dutch Youth"
Islamofobia dimanifestasikan oleh masyarakat Belanda dengan sikap negatif yang berbeda-beda mulai dari keengganan memiliki tetangga Muslim, tidak memercayai temannya yang beragana Islam, hingga sama sekali tak maau berteman dengan mereka yang Muslim.
Lantas bagaimana caranya agar Islamofobia ini bisa dihilangkan atau paling tidak bisa dikurangi intensitasnya.
Ya, Umat Muslim harus menyuarakan dan mempraktikan keteladan Islam yang berkeadaban mulia dan benar-benar menjadi Rahmatan lil Alamin, menjadi rahmat bagi sekalian alam sebagaimana masa kerisalahan Nabi Besar Muhammad SAW.
Umat Islam melalui para pendakwah,  Ulama  dan para tokohnya agar makin bijak menarasikan pesan-pesan Islami agar tidak menjurus atau membawa-bawa muatan keagamaan yang cenderung ekstrem radikal yang membenarkan tudingan pihak lain dalam bias radikalisme dan Islamofobia.
Buktikan bahwa Kaum Muslim, baik secara pribadi maupun kelompok adalah membawa kebaikan dalam segala aspek kehidupan untuk membangun peradaban mulia di muka bumi ini.
Dan mari kita renungkan bersama apakah fenomena Islamofobia itu juga terjadi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam?
Atau fenomena itu hanya difabrikasi agar kelihatan ada hanya untuk melancarkan kepentingan politik identititas semata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H