Semua itu dilakukan untuk mengembalikan kondisi perekonomian Indonesia. Alhasil perekonomian Indonesia dalam jangka waktu tak terlalu lama, bisa kembali bangkit meski belum ajeg benar.Â
Andai saat itu Indonesia tak memiliki  ruang improvisasi APBN yang cukup, bisa jadi kondisinya bakal seperti Srilanka.
Dengan fakta tersebut, dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, pengelolaan keuangan sudah dilakukan dalam koridor yang benar.
APBN dikelola dengan sangat prudent, inflasi bisa terus terjaga di level yang sangat rendah sementara negara lain kesulitan menjinakannya.
Oleh sebab itu sangat aneh jadinya, ketika ekonomi Indonesia mulai  pulih, tiba-tiba isu resesi yang potensial menjadikan perekonomian Indonesia masuk ke dalam lubang krisis seperti yang terjadi di Srilanka, mencuat dimasyarakat.
Terbaru bahkan mereka dengan berani, menaikan tagar #stopbayarpajak, yang sempat menjadi trending topik di platform media sosial Twitter hari  ini.
Mereka yang menggoreng isu tersebut paham benar bahwa masyarakat kurang terinformasi dengan baik terkait situasi ekonomi Indonesia saat ini.
Apalagi berbagai harga kebutuhan pokok memang tengah dalam tren mengalami kenaikan harga, karena berbagai alasan, oleh sebab itu mereka agak leluasa menggoreng isu ini.
Tak ada jalan lain bagi Tim Ekonomi pemerintah selain mengkonter narasi "Indonesia resesi dan bangkrut"dengan fakta dan data yang valid serta aksi nyata yang terasa langsung oleh rakyat Indonesia.
Yang paling utama stabilkan harga kebutuhan pokok ke level yang lebih ekonomis. Tetap berikan subsidi untuk kebutuhan BBM meski dalam pelaksanaannya harus diperbaiki agar tepat sasaran.
Saya yakin perang narasi terkait situasi ekonomi Indonesia akan berhenti dengan sendirinya, apabila Pemerintah Indonesia mampu membuktikan sebalikya dari narasi mereka.