Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menelisik Gagalnya Elon Musk Akuisisi Twitter dan Gambaran Sebuah Proses Akuisisi

13 Juli 2022   17:03 Diperbarui: 14 Juli 2022   10:30 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Elon Musk dan Twitter. (Foto: Kompas.com/Wahyunanda Kusuma) 

Kehebohan rencana akuisisi platform media sosial Twitter oleh Elon Musk yang bernilai US$ 44 miliar atau setara Rp. 660 triliun, dipastikan akan berakhir di meja hijau.

Kepastian ini terjadi, setelah pemilik dan CEO Space X dan Tesla ini membatalkan secara sepihak kesepakatan akuisisi yang telah ditandatangani bersama manajemen Twitter pada April 2022 lalu.

Dengan alasan,  Twitter gagal memenuhi keterbukaan informasi terkait populasi akun palsu, bot, dan spam di platform media sosial tersebut, seperti yang tertuang dalam kontrak kesepakatan akuisisi tersebut.

Pihak Twitter tentu saja tak "happy" dengan keputusan pembatalan transaksi akuisisi oleh Elon Musk tersebut, mereka tetap pada pendiriannya bahwa kesepakatan tersebut harus terus berjalan.

Alhasil, tak ada jalan lain untuk menyelesaikan dispute ini,  kecuali lewat pengadilan, yang nantinya akan menentukan apakah kesepakatan akuisisi tersebut akan dilanjutkan atau tidak.

Sebenarnya perselisihan bisnis dalam proses akuisisi Twitter oleh Elon Musk tersebut tak perlu terjadi andai Elon Musk tak terburu-buru menandatangani kesepakatan akuisisi dengan Twitter.

Lantaran materi yang menjadi alasan Elon Musk membatalkan kesepakatan akuisisi Twitter tersebut seharusnya sudah bisa diketahui dalam proses due dilligence sebelum kesepakatan pada bulan April itu ditandatangani.

Seperti kita tahu jumlah pengguna merupakan salah satu ukuran utama valuasi sebuah aplikasi ketika akan diakuisisi.

Karena sedemikian pentingnya, otomatis bakal menjadi materi yang ditelisik dalam proses due dilligence sebelum kesepakatan akusisi tersebut ditandatangani.

Namun entah apa yang terjadi, Elon Musk dan tim nya baru menyadari bahwa akun palsu, bot, dan spam ternyata jauh lebih besar dari angka 5 persen dari seluruh penggunanya yang berkisar 200 juta-an akun,  seperti  klaim yang dilontarkan oleh manajemen Twitter.

Andai pihak Twitter dianggap belum memberi akses terhadap tim akuisisi Elon Musk untuk melakukan penelusuran mendalam terkait populasi akun palsu di Twitter saat itu, kenapa juga mereka tetap menandatangani  kesepakatan akusisi.

Mereka bisa saja menunggu  hingga pihak Twitter membuka akses lebih jauh untuk pendalaman populasi akun palsu.  

Setelah proses due dilligence terkait akun palsu itu rampung dan jelas diketahui berapa persentase pasti jumlah akun palsu diketahui, baru proses transaksi tersebut berlanjut menjadi kesepakatan.

Sehingga tak perlu ada drama seperti saat ini, yang pastinya akan menimbulkan kerugian secara moril dan materil bagi kedua belah pihak.

Tetapi, itulah dunia bisnis seperti halnya politik yang tampak dipermukaan tak selalu menunjukan apa yang terjadi sebenarnya, What you saw is not you see.

Karena pada prinsipnya aksi korporasi semacam akuisisi, merger, atau konsolidasi perusahaan ini dalam konsep dan pelaksanaannya sangat komplek dan njelimet karena biasanya melibatkan hal-hal yang sangat detil.

Ya, The Devil is in the details.

Saya sedikit memiliki pengetahuan terkait masalah akuisisi tersebut, lantaran pernah mempelajari dan terlibat dalam proses Merger dan Akuisisi sebuah perusahaan nasional..

Terminologi Akuisisi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemindahan kepemilikan atau aset sebuah perusahaan.

Dalam pengertian lain yang lebih teknis seperti yang saya kutip dari Investopedia.com, sebuah aksi korporasi bisa dikategorikan sebagai sebuah tindakan akuisisi manakala sebuah korporasi atau individu membeli sebagian besar atau seluruh saham perusahaan lain sehingga memiliki kuasa penuh untuk mengontrol jalannya perusahaan tersebut.

Dengan demikian, pihak yang melakukan akuisisi dapat membuat keputusan apapun mengenai pengelolaan aset, bagaimana perusahaan terakuisisi tersebut akan dijalankan kemudian, tanpa harus terlebih dahulu meminta persetujuan pemegang saham minoritas.

Walaupun dalam praktiknya, tak seluruh proses pengelolaan perusahaan pasca akuisisi dijalankan seperti itu, terkadang pemegang saham, manajemen level atas hingga staf perusahaan terakuisisi diberi keleluasan untuk menyampaikan concern-nya pasca proses akuisisi diselesaikan.

Karena suka tidak suka mereka juga telah dan akan menjadi bagian dari perusahaan dengan pengendali baru tersebut. Dan bisa menjadi faktor penentu keberhasilan  proses akuisisi sebuah perusahaan

Normalnya, aksi korporasi semacam merger dan akuisisi itu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan (growth) sebuah perusahaan secara cepat.

Langkah ini disebut pertumbuhan anorganik. Dalam teori ekonomi, terdapat dua cara agar sebuah perusahaan bisa bertumbuh

Pertumbuhan organik (organic growth) dan pertumbuhan anorganik (unorganic growth).

Menurut situs accurate.id, pertumbuhan organik adalah strategi bisnis yang berupaya meningkatkan pertumbuhan dari upaya internal perusahaan.

Meskipun keberhasilan pertumbuhan organik ini dapat meningkatkan pendapatan secara berkelanjutan bagi perusahaan tetapi dalam prosesnya membutuhkan waktu yang panjang, dan potensi untuk gagalnya pun lumayan besar.

Berbeda dengan pertumbuhan anorganik, proses pertumbuhan bisa berlangsung cepat, melalui merger dan akuisisi entitas lain yang dianggap cocok dengan tujuan dan visi perusahaan.

Makanya perusahaan-perusahaan seperti Microsoft, Google, dan Facebook misalnya  untuk mengejar pertumbuhan yang cepat mereka lebih memilih untuk melakukan akuisisi entitas yang cocok menurut mereka.

Facebook misalnya membeli aplikasi perpesanan Whatsapp dan  aplikasi media sosial Instagram, atau Google mencaplok media sosial berbasis video,Youtube dan Microsoft mengakuisisi Linked in.

Hasilnya, growth mereka naik sangat tinggi setelah aksi korporasi itu dilakukan.

Biasanya dalam sebuah proses akuisisi ada tahapan panjang yang harus dilalui sebelum korporasi yang mengakuisisi dinyatakan resmi sebagai "pengendali baru."

Menurut buku "M & A Playbook" yang ditulis oleh praktisi M&A, Jeamy Gumilarsyah.  Secara garis besar, proses akuisisi dibagi ke dalam 3 tahapan dengan 8 langkah   yakni:

Tahapan pertama, Pra eksekusi, dengan dua langkah yaitu menyusun strategi korporasi dan mencari dan seleksi target entitas untuk di akuisisi.

Dalam tahap ini, manajemen perusahaan menetapkan tujuan strategis perusahaan dsn meyakinkankan kepada para pemegang saham bahwa langkah akuisisi dapa membantu mencapai tujuan tersebut.

Sebelumnya terlebih dahulu melakukan analisa lingkungan strategis, menentukan kriteria akuisisi yang cocok dan menyusun strategi implementasinya.

Nah, untuk mencari target entitas untuk diakuisisi  ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama yang berkaitan dengan strategi perusahaan.

Apakah yang akan diincar itu untuk membuka pasar baru, mengembangkan pasar dilingkup usaha saat ini atau membuka peluang bisnis yang baru.

Kemudian, melakukan proyeksi performa aspek keuangan perusahaan serta menelisik kompatibiltas, organisasi, dan budaya dari perusahaan target.

Jika perusahaan kandidat target sudah ditentukan maka kita masuk dalam tahapan kedua.

Tahapan kedua, eksekusi dengan melakukan 4 langkah yaitu due dilligence, valuasi, negosiasi, dan deal structuring dan akunting.

Setelah kandidat target ditentukan, yang pertama dilakukan adalah melakukan due dilligence atau penelitian mendalam terhadap perusahaan target, yakni :

Dengan cara mengumpulkan semua informasi tentang perusahaan target, mulai dari performa keuangan, produk , dan hal-hal lain hingga ke hal-hal mendetil agar tak menjadi masalah ketika kesepakatan telah ditandatangani di akhir transaksi.

Setelah yakin, baru kemudian melakukan valuasi untuk menetapkan nilai aset dan nilai perusahaan yang akan dibeli, sebagai bahan untuk negoisasi saat penutupan transaksi.

Kemudian, setelah valuasi selesai dilakukan akan masuk pada langkah akhir tahap kedua yakni menutup transaksi setelah melakukan negoisasi yang biasanya berlangsung cukup alot.

Untuk itulah, kita bisa menggunakan hasil due dilligence dan valuasi nilai perusahaan yang telah kita hitung tadi agar kesepakatan tersebut bisa bersifat win-win solution.

Disinilah titik krusial pertama sebuah keberhasilan proses akuisisi diukur, karena perusahaan target harus tetap diberi "muka" dengan cara yang humble dan tawaran harga pembelian saham  yang fair bahkan bila perlu sisipkan harga "goodwill" di angka premium.

Sehingga proses negosiasinya  berjalan smooth yang akan membantu berjalannya integrasi pasca akuisisi pada tahapan ketiga pasca eksekusi.

Tahapan ini menjadi titik krusial selanjutnya yang paling penting untuk mengukur keberhasilan sebuah proses akuisisi.

Sebuah proses akuisisi dinyatakan berhasil apabila perusahaan yang diakuisisinya tersebut memberikan value added bagi perusahaan induk yang tergambar dari sumbangan pertumbuhan yang diberikannya.

Namun demikian, untuk menutup transaksi dibutuhkan pula deal structuring yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat dengan mempertimbangkan  aspek hukum, pajak, dan bisnis.

Setelah itu baru lah kemudian proses akuntansinya dijalankan dimana nilai transaksi dicatatkan kepada perusahaan pembeli.

Setelah semua proses transaksi akuisisi dinyatakan selesai, maka proses integrasi pasca eksekusi yang merupakan tahapan ketiga atau akhir dari seluruh proses akuisisi dilakukan.

Proses integrasi dari perusahaan lama menjadi entitas baru yang bisa saja digabungkan menjadi anak usaha perusahaan induk atau melebur menjadi satu entitas perusahaan baru, dilakukan melalui 5 langkah integrasi, yakni: perencanaan, due dilligence integrasi.

Kemudian pembentukan integration management office untuk selanjutnya mengeksekusi integrasi hingga akuisisi selesai dilaksanakan.

Semua proses ini biasanya memiliki timeline normal selama 90 hari kerja, 30 hari persiapan dan 60 hari sisanya untuk melakukan tahapan-tahapan akuisisinya.

Saya yakin dengan kapabilitas Elon Musk dan tim akuisisinya yang biasa terdiri dari penasehat keuangan, pengacara korporasi, expert dibidang human capital, ahli IT dan Humas telah bekerja dengan langkah-langkah yang propered terkait proses akuisisi ini, tapi potensi kegagalan selalu ada dalam prosesnya.

Ya kita liat lah kelanjutnya seperti apa, karena pada dasarnya seperti kata ahli manajemen Stephen Covey Win-Win or no deal  proses akuisisi harus memenangkan semua pihak, jika tidak maka akuisisi tak akan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun