Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lantaran Informasi Populasi Akun Palsu yang Sumir, Elon Musk Batalkan Akuisisi Twitter

9 Juli 2022   10:00 Diperbarui: 10 Juli 2022   09:12 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingar bingar Elon Musk membeli Twitter, salah satu platform media sosial paling top di dunia yang sempat menghebohkan jagat dunia teknologi digital,  berakhir antiklimaks.

Ssperti dilansir CNN.com, Musk pada Jumat (08/07/22) diberitakan membatalkan dari kesepakatan untuk membeli mayoritas saham di Twitter senilai US$ 44 miliar tersebut.

Elon Musk melalui tim pengacaranya secara resmi telah mengajukan pembatalan transaksi tersebut ke Komisi Sekuritas dan Bursa Saham (SEC) di Amerika Serikat semacam Otoritas Jasa Keuangan (OJK) -nya di Indonesia.

Manusia terkaya di dunia versi Majalah Forbes ini beralasan bahwa medsos berlogo burung biru gagal menunjukan informasi yang sebenarnya terkait akun palsu atau spam di platformnya.

Mereka seperti yang diungkapkan Pengacara Elon Musk kepada SEC, telah melakukan riset yang mendalam untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan melalui tim independen untuk melakukan prelevelansi akun palsu, pihak Twitter gagal memberikan informasi yang sebenarnya.

Tentu saja kabar batalnya Musk batalnya mega transaksi itu menghantam cukup keras nilai sahamnya.  Sesaat setelah informasi ini beredar di publik  saham Twitter di Wallstreet merosot cukup tajam hingga 6 persen dalam perdagangan di hari yang sama.

Sebenarnya, tanda-tanda bakal batalnya transaksi yang menghebohkan jagat sudah terlihat sejak Musk mengungkapkan temuannya terkait populasi akun palsu sesaat setelah kesepakatan dirinya dengan manajemen Twitter ditandatangani pada bulan April 2022.

Beberapa waktu setelahnya, ide-idenya untuk perubahan dan perombakan Twitter yang biasanya ia cuitkan di platform medsos tersebut sudah sangat jarang terdengar lagi.

Pihak manajemen Twitter menanggapi pembatalan transaksi akuisisi secara sepihak oleh Elon Musk ini cukup keras, mereka menolak aksi pembatalan transaksi tersebut.

Manajemen Twitter terus berkomitmen untuk menutup transaksi sesuai dengan harga dan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya.

Apabila  Musk tetap keukeuh ingin membatalkan transaksi tersebut, manajemen Twitter akan melakukan gugatan hukum untuk menegakan kontrak yang sudah disepakati bersama.

Salah satu klausul dalam kontrak tersebut, apabila salah satu pihak membatalkan secara sepihak tanpa alasan yang kuat dan secara hukum bisa dibuktikan maka pihak yang bersangkutan harus membayar biaya Contract demolition sebesar US$ 1 miiar atau Rp15 triliun.

Agar terhindar dari kewajiban membayar biaya pemutusan kontrak tersebut, Elon Musk harus memberikan bukti yang kuat terkait alasannya tersebut.

Kasus batalnya akuisisi sebuah perusahaan oleh investor barunya tersebut bukan hal yang aneh dalam dunia investasi.

Salah satu contohnya, saat mogul fesyen dunia asal Perancis Louis Vuitton (LVMH) mundur dari kesepakatan akuisisi perusahan perhiasan asal Amerika Serikat Tiffany & Co, yang nilai transaksinya sebesar US$16,2 miliar atau Rp241 triliun.

Atau batalnya plaform komunikasi Zoom mengaukisisi perusahaan perangkat lunak untuk call center Five9 karena dianggap tak sejalan dengan visi pertumbuhan perusahaanya, pihak manajemen Five9 menolak untuk melanjutkan kesepakatan yang telah ditandatangani sebelumnya, padahal nilai transaksinya cukup besar US$ 14,7 miliar atau Rp220,5 triliun.

Terdapat berbagai macam alasan yang biasanya menjadi pemicu batalnya sebuah kesepakatan transaksi pencaplokan sebuah entitas bisnis oleh entitas bisnis lainnya tersebut.

Diantaranya, terkait keterbukaan informasi, ketidakmampuan secara finansial pihak yang akan mengakuisisi, sistem perpajakan yang berpengaruh pada tingginya nilai akuisisi, hingga ditolak otoritas pemerintah karena berpotensi menjadi monopoli di lingkup industrinya.

Nah, mungkin dalam masalah Twitter dan Elon Musk ini ada ditataran keterbukaan informasi bersifat material yang dinilai berhubungan langsung dengan nilai perusahaan yang akan diakuisisnya tersebut.

Atau bisa jadi upaya pembatalan kesepakatan transaksi oleh Elon Musk ini bagian dari strateginya untuk menurunkan nilai transaksi akuisisi yang setelah dilakukan valuasi lanjutan oleh timnya dirasa kemahalan.

We never know, karena ada begitu banyak uang dan kepentingan yang dipertaruhkan dalam transaksi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun