Gus Dur selaku Ketua Dewan Syuro yang sebenarnya memiliki kewenangan untuk itu sama sekali tak dilibatkan.
Menurut Alissa dalam tulisannya tersebut, kekecewaannya terhadap PKB inilah yang membuat kesehatan Gus Dur terus merosot hingga akhirnya beliau wafat pada 30 Desember 2009.
Di tengah kekecewaan dan sakitnya tersebut, Gus Dur berencana untuk kembali menggulirkan Muktamar PKB Â pada tahun 2010, Â sebagai upaya untuk mengembalikan PKB pada khittahnya sekaligus membangun kembali rumah politik Gus Dur.
Namun hal tersebut gagal dilakukan, karena secara administratif yang resmi diakui oleh Pemerintah saat itu adalah PKB versi Cak Imin.
Yenny Wahid lantas mendirikan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia (PKBI) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara (PKBN) pada 2011.
Namun, gagal didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM setelah PKB kubu Cak Imin bersurat kepada Menteri Hukum dan HAm saat itu Patrialis Akbar. Isi surat tersebut, meminta untuk tak meloloskan PKBN Yenny dalam proses verifikasi partai politik untuk Pemilu 2014.
Kubu Cak Imin beralasan, bahwa PKBN Yenny, memiliki kemiripan nama, lambang, atau tanda gambarnya.
Permintaan tersebut akhirnya dikabulkan Pemerintah dengan demikian PKBN Yenny Wahid gagal lolos verifikasi Kemenkumham.
Waktu berjalan masa berganti, keinginan islah sempat muncul dari PKB Cak Imin dengan Keluarga Besar Gus Dur.Â
Beberapa kali putri sulung Gus Dur Alissa Wahid dimintai tolong oleh para petinggi PKB untuk menjembatani kisruh antara paman dan keponakan ini, namun ia belum berkenan untuk melakukannya.
Apalagi setelah dirinya mendengar kabar dari sejumlah sumber yang ia percayai bahwa, ada narasi yang dibangun bahwa konflik Gus Dur dan Cak Imin selama ini hanyalah rekayasa politik yang di desain Gus Dur sebagai strategi politik belaka bukan sebuah konflik sungguhan.