Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Maaf, Sobat "Missqueen" Dilarang Mengunjungi Candi Borobudur

5 Juni 2022   12:49 Diperbarui: 5 Juni 2022   13:43 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rencana Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menaikan harga tiket memasuki Candi Borobudur menjadi Rp.750 ribu per orang untuk turis lokal dan US$ 100 bagi wisatawan mancanegara sontak membuat saya dan mungkin sebagian besar masyarakat terhenyak, antara kaget, kecewa, dan heran.

"Kok terpikir menaikan harga tiket segitu tingginya yang tak terjangkau oleh kaum papa dan pra sejahtera"

Saya jadi berpikir dalam prespektif kaum papa, 

"Memang susah ya hidup jadi orang miskin, bahkan untuk menikmati peninggalan bersejarah nenek moyangnya saja tak bisa lagi"

Dengan harga tiket sedemikian tingginya, mana lah mungkin kami yang kaum jelata ini bisa menikmati keindahan kemegahan candi yang dibangun oleh Wangsa Syailendra pada Abad ke-8 Masehi ini.

Dengan uang Rp.750 ribu itu, kami bisa memenuhi kebutuhan hidup esensial selama berhari-hari. 

Meskipun, tentu saja Pemerintah memiliki alasan mengapa harga tiket memasuki kawasan Candi Borobudur begitu tinggi.

Alasannya untuk membatasi pengunjung agar bangunan yang merupakan warisan budaya dunia tersebut tak bertambah rusak , mengingat kondisi candi yang sudah sangat uzur.

"Kenapa kita lakukan itu, karena rekomendasi dari UNESCO dan pakar telah terjadi penurunan dan keausan batu (Candi Borobudur)" ujar Luhut seperti dilansir Kompas.com.

Saya sepakat untuk itu, karena faktanya setiap tahun wisatawan yang mengunjungi Borobudur semakin berjubel.

Namun demkian bukankah bisa dibatasi saja pengunjungnya dengan aturan yang ketat dan tegas, tanpa menaikan harga tiket secara ugal-ugalan.

Bukan pembatasan pengunjung yang akan ditangkap masyarakat dengan kenaikan harga se- fantastis Itu.

Tetapi bentuk komersialisasi berlebihan yang lebih akan dimaknai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia

Untuk itu Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sri Margana menawarkan dua solusi alih-alih menaikan harga tiket sangat tinggi yang tak masuk akan.

Seperti yang saya nukil dari BBC.Com, Ia menyarankan agar para pengunjung melakukan reservasi terlebih dahulu jauh-jauh hari untuk dapat memasuki kawasan Candi Borobudur.

"Masih ada cara yang lebih bijak, yaitu dengan membatasi kuota kunjungan, khususnya pagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi lebih dulu." Katanya.

Atau bisa juga dengan mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tak merusak bangunan candi, misalnya dengan melakukan seleksi secara ketat mana orang yang boleh naik candi, atau hanya boleh mengelilingi bangunan candinya saja, menikmati landscape Borobudur yang indah itu.

Membatasinya bukan menaikan harga tiket sedemikian tinggi, tetapi mungkin bagi mereka yang berminat dan memiliki kepentingan untuk naik bangunan candi harus menunjukan surat rekomendasi dari instansi yang berwenang.

Dan surat rekomendasi ini harus dipastikan tak bisa diselewengkan atau diperjualbelikan, seperti biasa yang terjadi.

Saat ini sebenarnya pembatasan pengunjung telah dilakukan, tapi tak secara tegas diberlakukan,  terkadang ya lolos saja meskipun sudah melebihi kuota

Selain dianggap sebagai komersialisasi berlebihan, menaikan harga tiket begitu tinggi akan berdampak pada ekonomi UMKM yang ada disekitar kawasan wisata super prioritas tersebut.

Karena saya sangat yakin dengan harga tiket setinggi itu, kawasan tersebut akan sepi pengunjung, kita tahulah wisatawan domestik itu sangat sensitif dengan harga.

Mereka yang menggantungkan hidupnya pada kawasan wisata akan kesulitan, apalagi setelah gontai terhantam pandemi Covid-19.

Belum lagi, jika kemudian diseret kewilayah agama, karena Candi Borobudur ini juga dikenal sebagai tempat ibadah umat Buddha di Indonesia bahkan bagi penganutnya dari mancanegara.

Dengan demikian, ada baiknya Pemerintah mengkalkulasi ulang  rencana kenaikan harga tiket yang sangat tinggi tersebut.

Pembatasan pengunjung memang sangat perlu, tetapi tak dengan cara menaikan harga tiket sedemikan tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun